Pengajian hikam 5



Larangan melakukan hal yang bukan tugas sebagai seorang hamba
Pengajian kitab hikam yang kelima ini membahas tentang larangan melakukan hal yang bukan tugasnya. Berdasarkan penjelasan oleh KH Yazid Bustomi dari kitab tersebut, salah satu hal yang tidak perlu dilakukan manusia adalah masalah rizki. Karena sejatinya, masalah rizki murni yang mengatur adalah Allah. Rizki itu diberikan bukan karena kebaikan kita pada Allah, namun murni karena kebaikan Allah kepada makhluk. Bukan karena pinter. Rajin ibadah, atau berbuat baik. Masalah rejeki sama sekali tidak berhubungan dengan hal tersebut. Kenyataannya memang begitu, banyak orang pinter malah jadi pengangguran intelektual, banyak orang yang rajin beribadah tingkat ekonominya rendah, tak sedikit pula orang baik yang miskin. Ini artinya, rejeki kita sudah ada ukurannya, yang perlu dilakukan oleh manusia adalah mengusahakannya dengan baik, bukan melebihi batas sampai memikirkan seberapa banyak rejeki yang akan kita dapat. Atau sebagaimana penjelasan kitab alhikam yang keempat, ialah tidak ngoyo dalam mencari rejeki untuk memperoleh rejeki sebanyak yang diinginkan. Jadi masalah rejeki, tidak perlu khawatir, burung yang terbang saja ada rejekinya kok apalagi manusia yang merupakan khalifah di muka bumi. Rejekinya pasti ada, tinggal diambil dengan usaha yang baik. Perlu diingat bahwa rejeki bukan hanya uang. Rejeki banyak macamnya, rejeki sehat, damai, akal dan lain lain.
Kesalahan yang sering dilakukan manusia adalah metetteng mencari hal yang sudah menjadi tanggungan Allah (rejeki), tapi sembrono saat beribadah, Padahal tujuan Allah menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk beribadah. Adapun yang lain-lainnya hanyalah sampingan-sampingan yang difungsikan untuk menyempurnakan ibadah. Karena tujuan kita diciptakan oleh Allah adalah ibadah, maka sempurnakanlah ibadah kita, jangan sembarangan. Hidup ini jangan aneh-aneh, ibadah yang merupakan tujuan kita diciptakan malah dilalaikan, sak karep saat melakukannya, sholat awut-awutan, tidak khusyu’, pakaian yang digunakan kotor atau najis, tapi saat mencari uang yang sudah menjadi tanggungan Allah sampai ngoyo, sampai sak badan loro kabheh. Ini menunjukkan hati kita buta, tak bisa melihat mana yang baik dan buruk.
Hal yang dituntut pada manusia adalah usaha memperoleh  hal untuk menguatkan hati. Bukan hanya sekedar badan yang sehat. Namun hati juga harus sehat dan kuat. Jika hanya badan saja yang sehat namun hati tak sehat, bisa berbahaya. Kesehatan badan yang seharusnya digunakan untuk semakin mendekatkan diri pada Allah disalahgunakan untuk semakin menambah maksiat. Contoh konkritnya saja para pemain sepak bola yang sehat badannya. Menurut informasi dari KH Yazid dari salah satu Koran yang dibacanya, setelah main bola, mereka beraksi melakukan kemaksiatan seperti zina. Naudzubillah. Oleh karena itu, saat bekerja jangan hanya mengandalkan otot, jangan hanya kesehatan luar saja yang dijaga, namun juga harus menyehatkan rohani agar saat bekerja kita tak perlu pagar besi atau baja. Harapannya muncul pagar yang kuat di antara semua pagar, yakni pagar taqwa. Dengan menggunakan pagar taqwa inilah kita tak perlu sibuk cemas harta akan dicolong orang.
Agar hati kita kuat, maka hal yang perlu dilakukan adalah selalu mengingat gusti Allah dan melakukan ibadah yang dapat mendekatkan kita pada Allah. Tercapainya kesehatan pada hati dapat mengantarkan tercapainya hal-hal yang dituntut Allah dengan baik. Oleh karena itu, hati harus terbuka, bukan hanya mata. Hal ini dikarenakan kebutaan pada hati dapat menyebabkan kita terjerumus pada kesalahan. Contoh: mata kita melihat kalau ada saudara kita di depan mata, karena hatinya buta jadi tidak menyapa, alasannya dia punya hutang yang belum dibayar. Silaturrahim jadi terputus. Inilah gambaran yang disebut sehat matanya, tapi buta hatinya.
Akhir penjelasan, carilah rejeki sekadarnya saja. Jika ada zakat yang harus dibayar, bayarlah. Waktu beribadah, beribadahlah. Jangan khawatir tentang hal yang sudah ditanggung oleh Allah. Sebenarnya, bukan kita yang mencari rejeki, tapi rejekilah yang mencari kita. Memang tidak kelihatan seperti itu, tapi begitulah adanya. Allah sudah mengatur rejeki kita, Allah yang akan memberikan rejeki itu pada kita. Caranya dengan berbagai macam cara. Rejeki itu sudah Allah tebarkan di muka bumi untuk menemui masing-masing pemiliknya. Tinggal pemiliknya yang menampakkan diri pada rejeki itu, caranya ya usaha.
Inilah akhir pembahasan ulang kitab al-hikam, adapun ringkasannya ialah sebagai berikut:
1.     Jangan melakukan hal yang bukan tugas kita sebagai hamba
2.    Tugas manusia dan jin adalah beribadah. Jadi perbaguslah ibadahnya agar sampai pada Allah. Sedangkan hal yang lainnya adalah pendukung untuk kesempurnaan ibadah
3.    Rejeki diberikan semata-mata karena kebaikan Allah pada kita, MakhlukNYA. Bukan karena kebaikan kita pada Allah
4.    Dalam bekerja, hati harus terbuka, sehat dan kuat
5.    Agar hati sehat, maka harus selalu mengingat gusti Allah dan mengamalkan ibadah untuk semakin mendekatkan diri pada Allah
6.    Pagar taqwa adalah lebih penting dari pagar besi, pagar komputer dan pagar-pagar yang lainnya
7.    Rejeki itu sudah ada, tinggal dicari tapi jangan berlebihan. Perhatikan zakatnya

Semoga bermanfaat!

Leave a Reply