Archive

Archive for Maret 2012

en_titled (tutup muka)

Biar keceritakan sebuah cerita,
cerita tentang seorang perempuan,
seorang perempuan yang menyuka,
yang bimbang disela - sela keinginannya,

Dia adalah anak seorang perempuan
Dia adalah seorang kakak perempuan
Dia adalah seorang santriwati
Dia adalah seorang perempuan muslim
Dan dia.. adalah seorang perempuan

yang menjalani hari -harinya dengan selembar mimpi
yang selalu menggigil atas setiap keberanian yang timbul di hatinya
dan kemudian menghilang dengan langkah gemetarnya

Namun,
Dia kembali ada, untuk seulas harapan tulus
Dia kembali ada, untuk setiap teriakan namanya
Dia kembali ada, untuk senyuman lugu di masanya
Dia kembali ada, untuk secercah cahaya di hatinya

yang kemudian memutuskan untuk menjadi seorang musafir kehidupan
mencoba untuk bersikap I'tidal dengan hidup
yang menulikan telinganya dari kenyataan palsu
dan kemudian mengencerkan hatinya hingga tawar


Apa yang dirasa sama sekali tidak terasa
Apa yang didengar bener-bener sudah mati bersama luasnya pelarut udara
Apa yang dilihat sudah mengabur dengan putihnya matanya

tersandung, terjatuh, kemudian menangis di dasar kegelapan
bangkit, menutup mata dan telinga, kemudian menahan sakitnya kecaman burung hantu
kemudian tersenyum dibalik silaunya mentari pagi

tidakkah kau ingin berkomentar?
aha, dia sudah membeku,
dia sudah membeku,
dia sudah membeku,

sebagian burung berkata, dia adalah seorang perempuan yang tegar
menyusuri kerikil hidup dengan sandal jepit yang teramat tipis
menerima sapaan petir dengan selembar kain penutup
menyapa dinginnya malam dengan kaki telanjang
namun dia masih bisa hadir menyambut hangatnya mentari pagi

sebagian burung berkata, dia adalah perempuan gila dan bodoh
bersikap tak wajar dengan normalnya anggota tubuhnya
bersikap tak normal dengan nyanyian kehidupan
kemudian mengisolasi diri dari pandangan normal manusia

lalu, tidakkah kau ingin berkomentar?

di ujung sok-tegarnya, di ujung kebodohannya, diujung kegilaanya
bertumpuk-tumpuk kekerdilan mental
bertumpuk-tumpuk kelemahan hati
bertumpuk-tumpuk ketidakberdayaan

lalu, masih tak inginkah kau berkomentar?