Pengajian Hikam 4



Menanggapi cita-cita
Pembahasan keempat dari kitab hikam ini ialah tentang menanggapi cita-cita. Berdasarkan penjelasan oleh KH Yazid Bustomi, kehidupan manusia telah di atur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Dunia ini merupakan miliknya Allah, Allahlah yang berkuasa dan berkehendak dalam mengatur atas setiap sesuatu. Sedangkan manusia memiliki batasan dalam mengatur kehidupan.
Setiap orang boleh mimiliki cita-cita yang setinggi mungkin. Hanya saja dalam menanggapi cita-citanya ini, manusia tidak boleh berlebihan. Maksudnya, kita boleh bercita-cita dan melakukan beberapa usaha untuk menggapainya seoptimal mungkin, tapi kita jangan sampai ngoyo dalam mengejarnya. Karena kita sudah ada takdirnya masing-masing. Meskipun kita bercita-cita menjadi bupati garut, kalau Allah menakdirkan kita menjadi pak kades, maka selamanya kita tidak akan pernah bisa menjadi bupati garut. Itu kenapa kita tidak boleh ngoyo atau berlebihan dalam mengejar cita-cita, sehingga hal ini dapat menjadi jalan yang sangat lebar bagi syeitan untuk menyesatkan kita. Akibat keinginan yang berlebihan tersebut, bisa jadi kita tersesat, menghalalkan segala cara misalnya. Misal Allah hanya menakdirkan kita menjadi petani, sedangkan kita punya cita-cita menjadi pedagang sukses. Lalu kita berusaha sekuat tenaga untuk berhasil dalam berdagang, namun karena pedagang sukses bukanlah takdir kita maka Allah berkuasa memberikan banyak kesulitan dan kegagalan pada kita dalam berdagang, karena Allah maunya kita jadi petani bukan pedagang. Jika kita berlebihan dalam menginginkan menjadi pedagang sukses tadi, maka syeitan akan datang berbondong-bondong untuk menggoda kita. Akhirnya karena terbudak oleh keinginan, kita jadi menghalalkan segala cara untuk menjadi pedagang sukses. Contoh: berdusta, mengurangi timbangan dan lain sebagainya.
KH. Yazid memberi gambaran seperti ini mengenai usaha yang ideal dalam mengejar cita-cita. Misal seorang petani, berangkat pukul 6 pagi ke sawah, tengah hari pulang istirahat dulu sekalian nunggu sholat dhuhur, set 1 silahkan berangkat lagi, pas ashar pulang lagi. Makan, sambil nunggu magrib, sholat maghrib lalu berangkat ke pengajian sebentar, istirahat sampai sholat isya’, ngaji dikit-dikit ya lalu tidur. Jadi hidup tidak terlalu ruwet. Perlu dicatat bahwa uang tidak menjamin orang bisa hidup bahagia, yang penting itu adalah kedamaian. Banyak orang kaya namun malah menderita, tak bahagia. Sedangkan tak sedikit orang miskin malah guyu-guyu tok, bahagia.
Satu potret nyata dalam masyarakat yaitu seringkali kita merasa benci pada orang yang tidak menolong kita dan senang pada orang yang gemar menolong kita. Menurut penjelasan dalam kitab al hikam, orang yang enggan menolong kita dalam usaha mencapai cita-cita kita ialah memang maunya Allah, sudah disuruh sama Allah. Begitu juga dengan orang yang gemar menolong kita. Itu berkat suruhan dari Allah. Jadi, jika kita membenci orang yang tidak mau menolong kita, sama saja kita membenci Allah, sedangkan mencintai secara berlebihan orang yang gemar menolong kita adalah dosa juga. Sepemahaman saya dari penjelasan ini adalah rasa benci dan cinta yang berlebihan tadi muncul akibat besarnya harpan kita terhadap cita-cita tadi. Sehingga orang yang tidak mendukung kita benci, dan orang yang menolong kita sukai. Kita menyukai seseorangpun dalam konteks ini bukan karena ikhlas mencintai, namun tidak lebih hanya karena dia menolong kita dalam mencapai cita-cita kita. Rasa cinta itupun bisa pudar jika suatu saat orang yang kita senangi tidak lagi membantu kita. Jadi biasa aja. Tak perlu mengharapkan bantuan orang lain, tapi jika kita bisa, bantulah orang lain.
Selain itu, dalam kitab bab ini juga dijelaskan adab dalam menanggapi cita-cita yaitu tidak melakukan hal yang bukan tugasnya. Misalnya seorang pelajar, tidak perlu memikirkan masalah biaya, karena tugasnya adalah belajar sedangkan masalah biaya adalah tugas walinya. Boleh ikut memikirkan dan mencari solusi masalah biaya dengan cara hemat dana, tapi tidak memikirkannya terlalu banyak. Adapun contoh yang disampaikan oleh KH. Yazid adalah misal petugas KUA tidak pantas ngurusin maling karena itu urusan polisi. Polisi juga tidak pantas menikahkan orang karena itu bukan tugasnya melainkan tugas KUA. Pemahaman tambahan bagi saya ialah fokus pada tugasnya dan melakukan sesuatu sesuai kemampuan dan keahliannya.
Akhir pembahasan, KH Yazid menambahkan bahwa orang yang kadung suka beribadah, banyak dzikir terkadang lupa untuk bekerja, dibisiki syeitan. Begitu juga bagi orang yang terlalu ngoyo bekerja, juga didekati syeitan, bisa meninggalkan ibadah. Oleh karena itu saya menyimpulkan bahwa hidup itu harus ideal. Dalam mengejar cita-cita jangan berlebih-lebihan, tapi bukan berarti pasrah diam anteng begitu saja. Kita memang tidak tau kita akan jadi apa, makanya kita harus berusaha. Kita juga tidak tau di mana batas usaha  dan cita-cita yang tidak boleh kita lalui, tapi kita bisa menggunakan akal dan hati dalam hal ini. Agar kita tidak melampaui batas, bekerjalah seoptimal mungkin tanpa meninggalkan hak-hak yang lain seperti hak Allah, hak anak istri, hak suami, hak tamu, hak tetangga, hak orang lain, dan hak anggota tubuh kita. Waktunya sholat ya sholat, waktunya istirahat ya rehat, waktunya makan ya makan, waktunya belajar ya belajar, waktunya silaturrahim ya silaturrahim. Terakhir, tawakkal pada Allah.
Adapun berikut poin-poin ringkasan dari pengajian kitab al hikam 3 ini:
1.   Silahkan bercita-cita dan mengusahakannya, tapi jangan berlebihan
2.   Tawakkal pada Allah
3.   Lakukan sesuai tugasnya masing-masing
4.   Jangan mengharapkan bantuan orang lain
Semoga bermanfaat!

Leave a Reply