Archive

Archive for September 2012

Mau jadi juara? mandi dulu dong!!!


“aku nggak percaya diri mbak, nggak yakin"

“ngapain harus nggak yakin? Harus optimis! Siapapun bisa jadi juara asalkan belajar dan berdo’a” 

“mau belajar gimana mbak?”

setiap hari ulang pelajaran yang sudah diajarkan gurumu pada hari itu juga, cukup baca – baca sebentar aja, nggak nyampek 5 menit juga boleh. Kalau ada PR langsung dikerjakan. Setelah itu pelajari mata pelajaran untuk besok sebentar juga boleh. Tapi belajarnya harus rutin. Dan jangan lupa untuk memperhatikan penjelasan guru di kelas. Itu cara belajarnya. Do’anya sudah belum? Kalo nggak sholat mana bisa do’a?!

“aku sholat mbak, sudah do’a tiap habis sholat, tapi kok belum juara ya?”

“cara biar do’a dikabulkan yaitu dengan melakukan hal – hal yang disukai Allah. Buat Allah seneng dulu baru do’amu akan lebih mudah dikabulkan”

“caranya biar Allah seneng?”

“dari diri sendiri dulu, jaga kebersihan! Seperti mandi minimal 2 kali sehari, sikat gigi juga, tiap abis bangun tidur dan di malam hari sebelum tidur. Karena Allah indah, Allah suka hal – hal yang indah” kalo kamu kotor, jangankan ngabulin do’a, mau liat aja mungkin Allah males, sama kayak iik yang jijik kalau liat barang – barang kotor!”

Kira – kira begitulah isi percakapanku dengan adek ketigaku “Nurul Hidayati” yang sekarang sedang di bangku MTS (sederajat dengan SMP), sedikit modifikasi kata – katalah, tapi intinya begitu. Aku suka berdialog dengan adek – adekku, karena biasanya aku mengisinya dengan memberikan mereka nasehat dan guyonan. Uniknya, nasehat – nasehat yang kuberikan seringkali tidak pernah aku pikirkan sebelumnya, dan tak sedikit yang secara diam – diam juga aku tujukan pada diriku ndiri. 

Dalam hal ini, aku memberi motivasi dan beberapa tips agar dia bisa juara kelas yang salah satunya adalah dengan menyuruhnya menjaga kebersihan diri agar do’anya lebih mudah dikabulkan. Kebetulan adekku yang ini agak rewel kalau disuruh mandi dan sikat gigi sebelum tidur di malam hari. Alhasil, dengan iming – iming juara kelas dia sekarang jadi rajin mandi. Sehari bisa 3x. Pagi, siang, dan sore.

Paska memberi nasehat itu, aku Cuma senyum – senyum liat dia berpikir mencerna penjelasanku. Tapi kalau dipikir – pikir iya juga kan? Agar do’a kita diterima, selain menunjukkan usaha yang sungguh – sungguh, serta rasa pasrah yang tinggi saat berdo’a kita juga harus melakukan hal – hal yang disenangi Allah. Jangan malah membuatNYA marah dan disenangi syeitan. Salah satu yang disukai Allah adalah keindahan sekaligus menjadi hal yang dibenci syeitan. Selain itu, kalau badan kita bersih, badan kita jadi sehat. Kalau badan sehat belajarpun jadi nyaman! Logis kan??!

Ini termasuk nasehat yang belum aku pikirkan sebelumnya, sekaligus aku tujukan pada diriku ndiri. Jadi semakin semangat menjaga kebersihan kamar! (karena kalau masalah mandi, aku sudah rajin. Ahahahay)
Jadi, mau juara??! Mandi doeloe dong!!!
xixiixiixixiixiix



Harga yang sangat mahal


“Ai ingin sekolah bapak,,,”  begitu kata Ai kepada bapaknya via telpon. Kata – kata yang sebelumnya tak pernah muncul di pikirannya, kata – kata yang spontan terucap itu telah mengarahkannya pada suatu jalan yang dianggap cukup rumit. Saat itu Ai berada di kelas 3 SMA. Keinginan itu tidak ternah terkarang dalam life plan-nya. Keinginan tersebut murni spontan hari itu melalui kata – kata yang bahkan mungkin dia tidak mengerti maksudnya. Keinginan yang sangat berbenturan dengan keadaan ekonomi dan lingkungannya. Tapi dia tak mengenal itu, yang dia tahu saat itu adalah hatinya ingin sekolah dan dia ingin memenuhi keinginan hatinya dengan keyakinan penuh bahwa Allah-lah yang akan memberikan jalan untuknya.
Kata – kata itu mengantarkannya pada suatu sekolah tinggi swasta yang berbau Komputer tapi dia masuk ke jurusan bahasa inggris. Kalo boleh milih dia ingin langsung sekolah di universitas negeri. Tapi sayang seribu sayang semua tes yang dia ikuti memberikan hasil negatif. Kegagalannya untuk masuk ke universitas negeri memberikannya satu pertanyaan kekecewaan “kenapa aku tidak lolos tes universitas negeri?” pertanyaan yang mungkin akan menjadi memori pahit dalam hidupnya kala itu.
Perjalanan-pun mulai dilalui dengan bosan namun lancar. Bosan karena tiap hari hanya belajar bahasa inggris, lancar karena tak ada masalah dengan sekolahnya mengingat dia masuk ke jurusan bahasa inggris yang sudah biasa dia lafalkan sewaktu SMA. Perlengkapan yang dibutuhkanpun tidak banyak, hanya kamus kecil, buku tulis dan pulpen. Mulai menjadi masalah saat dia harus menyelesaikan tugas akhirnya. Dia tidak memiliki sarana untuk tugas itu yaitu laptop. Untung saja teman kamarnya dengan baik hati setia meminjamkannya laptop. Saat akan berangkat ke kampus, si punya laptop akan menyuruh membawakan laptop untuknya, menyuruhnya membereskan peralatan laptop saat dia akan pulang dari kampus. Lama – kelamaan Ai mulai merasa tersinggung, merasa dirinya menjadi pembantu si punya laptop. Kemudian Ai berkata pada dirinya “nanti kalo aku punya laptop tidak akan aku pinjamkan pada siapapun!”
Akhirnya dia lulus dan lolos tes masuk universitas negeri sesuai dengan jurusan yang sangat dinantikannya yaitu kimia. Di luar dugaan (maklum lulusan sekolah di desa), hampir semua dosen presentasi menggunakan bahasa inggris, buku referensi yang dianjurkan juga berbahasa inggris. Belum lagi jurnal – jurnal yang harus dibaca juga berbahasa inggris. Di luar dugaan, ternyata dia seringkali mendapatkan tugas presentasi menggunakan power point, membuat makalah yang diketik rapi, yang sebelumnya itu hanya dilakukan saat menjalani tugas akhir saja. Terlebih, dia harus banyak berhubungan dengan internet yang baru dia mengerti saat belajar di D1 bahasa inggris menggunakan laptop temannya.
Ai, coba dipikir kalo kau langsung masuk ke Univ negeri setelah SMA, seberapa besarkah kemampuan bahasa inggris SMA-mu dalam membantu belajar-mu di univ negeri? Seberapa bingungnya kamu saat disuruh membuat presentasi di power point? Seberapa malukah kamu pada teman – temanmu saat kau kebingungan menjalankan Mozilla firefox dan ketahuan bahwa kau baru mengerti fungsi internet selain kirim email? Terlebih, seberapa noraknya kamu melihat teman laki – laki di kampus barumu? Seberapa besar mentalmu dalam beradaptasi dengan kilaunya penampilan teman – teman barumu?
6 semester dilalui tanpa laptop, 6 semester dilalui dengan meminjam pada teman – temannya. 6 semester dilalui dengan menyimpan malu yang teramat besar setiap akan meminjam. Selalu kebingungan saat mengetahui bahwa laporan praktikum harus diketik. Selalu kebingungan saat laptop yang akan dipinjam dipake’ pada hari itu juga. Timbul pertanyaan di hati, kapankah saatnya aku punya laptop ya Allah? Curhat dengan menangis padaNYA “aku malu ya Allah kalo selalu meminjam, aku malu ya Allah saat temenku tidak percaya kalo aku belum punya laptop, aku malu ya Allah saat temenku si rosa bertanya berkali – kali kapan aku akan beli laptop, aku malu ya Allah saat temen kamarku berkata “emang samean sudah saatnya punya laptop buk”. Aku malu ya Allah..
Ternyata si laptop baru datang saat dia mulai memasuki semester 7. Ada apa ya Allah? Kenapa baru sekarang? Pertanyaan2 ini membawanya pada 4 tahun silam saat dia merasa menjadi pembantu si punya laptop. Subhanallah, jadi Allah ingin mengajarkan dia tentang suatu hal akan kata – kata yang pernah diucapkannya “nanti kalo aku punya laptop tidak akan aku pinjamkan pada siapapun!”. Allah mengajarkan dia betapa mulianya orang yang membantu saudaranya dengan cara memberi pinjaman. Jadilah dia diposisikan sebagai peminjam selama bertahun – tahun untuk bisa merasakan perasaan seorang peminjam, untuk bisa mengetahui betapa butuhnya seorang peminjam akan barang yang ingin dipinjam, untuk bisa mengerti betapa sebenarnya orang tidaklah ingin meminjam, untuk bisa merasakan betapa malunya seorang peminjam terutama saat dia bertanya “laptopnya dipake’?” dan mendapat jawaban “owh, iya dipake’ mbak, maaf ya?” kemudian dia hanya bisa berkata “owh iya wez mbak”
Ternyata begitu seriusnya Allah memperhatikan dia. Untuk kata – kata tersebut Allah berikan dia satu pelajaran selama 6 semester yang menurut dia sangat lama. Indahnya, proses pembelajaran itu tidak Allah biarkan begitu saja, dia diajari namun juga dibekali sangu agar bisa berhasil mengerti isi pelajaran tersebut yaitu rasa sabar (sabar tidak punya laptop). Ah begitu bijaknya Allah. Betapa sayangnya Allah padanya. Dan sekarang Ai berkata “laptopku boleh dipinjam siapapun selama tidak aku pake’ untuk mengerjakan tugas” bahkan Ai tidak berminat untuk memberi password pada laptopnya agar teman – temannya bisa masuk dengan mudah.

nah, ntu cerita Ai trus gimana cerita yu?
"hidup indah, bila tahu maknanya"

Karena Santri (ternyata) Juga Ingin Dimengerti


Bagi nama yang dipanggil harap segera ke musholla sekarang juga!
Ainul Maghfirah A1,
Xxxxxxx,,
Yyyyyyy

Begitulah kira - kira panggilan dari sie tarbiyah pondok di pagi hari yang membuatku syok setengah nyetrika. Bukan panggilan untuuk pemberian penghargaan karena hatam alqur’an, juga bukan panggilan untuk konser barjanjen di musholla terlebih lagi bukan panggilan untuk pembagian donat di pagi hari melainkan panggilan untuk menerima hukuman atas pelanggaran yang kulakukan. OMG!!! Pinjem kata-katanya nazmah fairuz “tidak mungkiiiiiiiiiiiiiiiiin”

Bayangkan saja santri yang sudah menjadi pengurus bertahun – tahun yang bahkan sekarang sedang memegang jabatan mulia “ubudiah” melakukan pelanggaran yang pada dasarnya bersinggungan dengan devisinya dan hanya dilakukan oleh santri – santri tingkat SLTA ke bawah! Jadi langsung tutup muka deh.

Separuh, aku menyadari bahwa itu memang kesalahanku, dan separuh lagi hatiku ingin membela mengingat kegiatan – kegiatan wajib yang membuatku kelelahan sehingga tak bisa mengikuti kegiatan di pondok secara maksimal nan total. Akhirnya aku tetap dihukum. Ada suatu pelajaran berharga dari kejadian ini yaitu aku jadi mengerti keadaan para santri yang aku sanksi karena melanggar peraturan dari devisiku dengan perasaan geram dan tanpa bisa menerima alasan selain sakit dan pulang.

Seakan – akan menjadi teguran yang nyata, bahwa santri juga ingin dimengerti. Bahwa santri sesalah apapun dia tetap tak ingin dan takut untuk dimarahi. Bahwa santri saat dihukum membutuhkan dukungan yang penuh kasih bukannya perasaan geram di hati. 

Yang sering terjadi adalah kita tidak bisa menolerir santri saat melanggar. Mencerna mentah – mentah alasan kenapa mereka melanggar dengan penuh prasangka buruk. Merasa alasan –alasanya tidak logis. Hal ini dikarenakan kita selalu melihat ke dalam diri kita saat mendengar pengakuan mereka dan berkata dalam hati  “aku juga capek, aku juga banyak tugas tapi aku tetap bisa mengikuti kegiatan” tanpa bisa menelusur alasan yang sebenarnya. Alasan kenapa mereka melanggar. Kita terlalu terlena dengan kepatuhan yang kita lakukan sehingga menjustifikasi semua santri harus bisa sepatuh kita. Saat titik akhirnya adalah alasan yang buruk, kita tidak bisa memaafkan, padahal sebenarnya saat itu santri ingin dipahami dan dibimbing untuk menemukan jalan keluarnya.

Perasaaan geram di hati saat menghukum tanpa sadar membuat tujuan menghukum di hati menjadi sedikit bergeser. Dari ingin membimbing menjadi menyiksa. Akibatnya hukuman tidak memberikan nilai apa – apa bagi santri selain penyiksaan.

Karena santri juga ingin dimengerti, Karena terkadang santri juga ingin diakui kekurangannya, akan sangat berbahaya jika tidak memahaminya Bukan membimbing ke arah yang baik malah bisa jadi mereka balik melawan dan memberontak. Dari kejadian ini memberiku sebuah pemahaman baru bahwa kesalahan santri tidak seharusnya dianggap sebagai suatu hal yang fatal, namun  anggap itu sebagai suatu cacat yang normal tejadi dalam proses belajar-mengajar dan harus ditutupi secara perlahan dan nyaman. Kalau salah cara bukannya menutupi cacat, bisa – bisa merobeknya semakin besar dan terus membesar.

So, bagi para pengurus, ada kata – kata bijak tapi cukup pahit
“tidak ada murid yang buruk, yang ada hanyalah guru (pengurus) yang buruk”
Why? Karena pada dasarnya, santri datang untuk disembuhkan. Itu berarti dari awal mereka sudah jelas membawa penyakit untuk kita sembuhkan.
Satu kata manis untuk kita “ikhlas”, semoga barokah. Terus berjuang!!!
Thankz to mbak hanim, sie tarbiyah yang telah menegurku dengan hukuman,
on SMS
Me = Aan, hari ini aku bahagia, aku mendapat hukuman di pondok karena tidak tadarus abis isya’
Aan: dapet hukuman kok malah bahagia? Mak tak paham..
Me:: ckckkckk (Mr. Sweet, tengkyu for morning talking)