Archive

Archive for Agustus 2013

Pengajian hikam 5



Larangan melakukan hal yang bukan tugas sebagai seorang hamba
Pengajian kitab hikam yang kelima ini membahas tentang larangan melakukan hal yang bukan tugasnya. Berdasarkan penjelasan oleh KH Yazid Bustomi dari kitab tersebut, salah satu hal yang tidak perlu dilakukan manusia adalah masalah rizki. Karena sejatinya, masalah rizki murni yang mengatur adalah Allah. Rizki itu diberikan bukan karena kebaikan kita pada Allah, namun murni karena kebaikan Allah kepada makhluk. Bukan karena pinter. Rajin ibadah, atau berbuat baik. Masalah rejeki sama sekali tidak berhubungan dengan hal tersebut. Kenyataannya memang begitu, banyak orang pinter malah jadi pengangguran intelektual, banyak orang yang rajin beribadah tingkat ekonominya rendah, tak sedikit pula orang baik yang miskin. Ini artinya, rejeki kita sudah ada ukurannya, yang perlu dilakukan oleh manusia adalah mengusahakannya dengan baik, bukan melebihi batas sampai memikirkan seberapa banyak rejeki yang akan kita dapat. Atau sebagaimana penjelasan kitab alhikam yang keempat, ialah tidak ngoyo dalam mencari rejeki untuk memperoleh rejeki sebanyak yang diinginkan. Jadi masalah rejeki, tidak perlu khawatir, burung yang terbang saja ada rejekinya kok apalagi manusia yang merupakan khalifah di muka bumi. Rejekinya pasti ada, tinggal diambil dengan usaha yang baik. Perlu diingat bahwa rejeki bukan hanya uang. Rejeki banyak macamnya, rejeki sehat, damai, akal dan lain lain.
Kesalahan yang sering dilakukan manusia adalah metetteng mencari hal yang sudah menjadi tanggungan Allah (rejeki), tapi sembrono saat beribadah, Padahal tujuan Allah menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk beribadah. Adapun yang lain-lainnya hanyalah sampingan-sampingan yang difungsikan untuk menyempurnakan ibadah. Karena tujuan kita diciptakan oleh Allah adalah ibadah, maka sempurnakanlah ibadah kita, jangan sembarangan. Hidup ini jangan aneh-aneh, ibadah yang merupakan tujuan kita diciptakan malah dilalaikan, sak karep saat melakukannya, sholat awut-awutan, tidak khusyu’, pakaian yang digunakan kotor atau najis, tapi saat mencari uang yang sudah menjadi tanggungan Allah sampai ngoyo, sampai sak badan loro kabheh. Ini menunjukkan hati kita buta, tak bisa melihat mana yang baik dan buruk.
Hal yang dituntut pada manusia adalah usaha memperoleh  hal untuk menguatkan hati. Bukan hanya sekedar badan yang sehat. Namun hati juga harus sehat dan kuat. Jika hanya badan saja yang sehat namun hati tak sehat, bisa berbahaya. Kesehatan badan yang seharusnya digunakan untuk semakin mendekatkan diri pada Allah disalahgunakan untuk semakin menambah maksiat. Contoh konkritnya saja para pemain sepak bola yang sehat badannya. Menurut informasi dari KH Yazid dari salah satu Koran yang dibacanya, setelah main bola, mereka beraksi melakukan kemaksiatan seperti zina. Naudzubillah. Oleh karena itu, saat bekerja jangan hanya mengandalkan otot, jangan hanya kesehatan luar saja yang dijaga, namun juga harus menyehatkan rohani agar saat bekerja kita tak perlu pagar besi atau baja. Harapannya muncul pagar yang kuat di antara semua pagar, yakni pagar taqwa. Dengan menggunakan pagar taqwa inilah kita tak perlu sibuk cemas harta akan dicolong orang.
Agar hati kita kuat, maka hal yang perlu dilakukan adalah selalu mengingat gusti Allah dan melakukan ibadah yang dapat mendekatkan kita pada Allah. Tercapainya kesehatan pada hati dapat mengantarkan tercapainya hal-hal yang dituntut Allah dengan baik. Oleh karena itu, hati harus terbuka, bukan hanya mata. Hal ini dikarenakan kebutaan pada hati dapat menyebabkan kita terjerumus pada kesalahan. Contoh: mata kita melihat kalau ada saudara kita di depan mata, karena hatinya buta jadi tidak menyapa, alasannya dia punya hutang yang belum dibayar. Silaturrahim jadi terputus. Inilah gambaran yang disebut sehat matanya, tapi buta hatinya.
Akhir penjelasan, carilah rejeki sekadarnya saja. Jika ada zakat yang harus dibayar, bayarlah. Waktu beribadah, beribadahlah. Jangan khawatir tentang hal yang sudah ditanggung oleh Allah. Sebenarnya, bukan kita yang mencari rejeki, tapi rejekilah yang mencari kita. Memang tidak kelihatan seperti itu, tapi begitulah adanya. Allah sudah mengatur rejeki kita, Allah yang akan memberikan rejeki itu pada kita. Caranya dengan berbagai macam cara. Rejeki itu sudah Allah tebarkan di muka bumi untuk menemui masing-masing pemiliknya. Tinggal pemiliknya yang menampakkan diri pada rejeki itu, caranya ya usaha.
Inilah akhir pembahasan ulang kitab al-hikam, adapun ringkasannya ialah sebagai berikut:
1.     Jangan melakukan hal yang bukan tugas kita sebagai hamba
2.    Tugas manusia dan jin adalah beribadah. Jadi perbaguslah ibadahnya agar sampai pada Allah. Sedangkan hal yang lainnya adalah pendukung untuk kesempurnaan ibadah
3.    Rejeki diberikan semata-mata karena kebaikan Allah pada kita, MakhlukNYA. Bukan karena kebaikan kita pada Allah
4.    Dalam bekerja, hati harus terbuka, sehat dan kuat
5.    Agar hati sehat, maka harus selalu mengingat gusti Allah dan mengamalkan ibadah untuk semakin mendekatkan diri pada Allah
6.    Pagar taqwa adalah lebih penting dari pagar besi, pagar komputer dan pagar-pagar yang lainnya
7.    Rejeki itu sudah ada, tinggal dicari tapi jangan berlebihan. Perhatikan zakatnya

Semoga bermanfaat!

Pengajian Hikam 4



Menanggapi cita-cita
Pembahasan keempat dari kitab hikam ini ialah tentang menanggapi cita-cita. Berdasarkan penjelasan oleh KH Yazid Bustomi, kehidupan manusia telah di atur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Dunia ini merupakan miliknya Allah, Allahlah yang berkuasa dan berkehendak dalam mengatur atas setiap sesuatu. Sedangkan manusia memiliki batasan dalam mengatur kehidupan.
Setiap orang boleh mimiliki cita-cita yang setinggi mungkin. Hanya saja dalam menanggapi cita-citanya ini, manusia tidak boleh berlebihan. Maksudnya, kita boleh bercita-cita dan melakukan beberapa usaha untuk menggapainya seoptimal mungkin, tapi kita jangan sampai ngoyo dalam mengejarnya. Karena kita sudah ada takdirnya masing-masing. Meskipun kita bercita-cita menjadi bupati garut, kalau Allah menakdirkan kita menjadi pak kades, maka selamanya kita tidak akan pernah bisa menjadi bupati garut. Itu kenapa kita tidak boleh ngoyo atau berlebihan dalam mengejar cita-cita, sehingga hal ini dapat menjadi jalan yang sangat lebar bagi syeitan untuk menyesatkan kita. Akibat keinginan yang berlebihan tersebut, bisa jadi kita tersesat, menghalalkan segala cara misalnya. Misal Allah hanya menakdirkan kita menjadi petani, sedangkan kita punya cita-cita menjadi pedagang sukses. Lalu kita berusaha sekuat tenaga untuk berhasil dalam berdagang, namun karena pedagang sukses bukanlah takdir kita maka Allah berkuasa memberikan banyak kesulitan dan kegagalan pada kita dalam berdagang, karena Allah maunya kita jadi petani bukan pedagang. Jika kita berlebihan dalam menginginkan menjadi pedagang sukses tadi, maka syeitan akan datang berbondong-bondong untuk menggoda kita. Akhirnya karena terbudak oleh keinginan, kita jadi menghalalkan segala cara untuk menjadi pedagang sukses. Contoh: berdusta, mengurangi timbangan dan lain sebagainya.
KH. Yazid memberi gambaran seperti ini mengenai usaha yang ideal dalam mengejar cita-cita. Misal seorang petani, berangkat pukul 6 pagi ke sawah, tengah hari pulang istirahat dulu sekalian nunggu sholat dhuhur, set 1 silahkan berangkat lagi, pas ashar pulang lagi. Makan, sambil nunggu magrib, sholat maghrib lalu berangkat ke pengajian sebentar, istirahat sampai sholat isya’, ngaji dikit-dikit ya lalu tidur. Jadi hidup tidak terlalu ruwet. Perlu dicatat bahwa uang tidak menjamin orang bisa hidup bahagia, yang penting itu adalah kedamaian. Banyak orang kaya namun malah menderita, tak bahagia. Sedangkan tak sedikit orang miskin malah guyu-guyu tok, bahagia.
Satu potret nyata dalam masyarakat yaitu seringkali kita merasa benci pada orang yang tidak menolong kita dan senang pada orang yang gemar menolong kita. Menurut penjelasan dalam kitab al hikam, orang yang enggan menolong kita dalam usaha mencapai cita-cita kita ialah memang maunya Allah, sudah disuruh sama Allah. Begitu juga dengan orang yang gemar menolong kita. Itu berkat suruhan dari Allah. Jadi, jika kita membenci orang yang tidak mau menolong kita, sama saja kita membenci Allah, sedangkan mencintai secara berlebihan orang yang gemar menolong kita adalah dosa juga. Sepemahaman saya dari penjelasan ini adalah rasa benci dan cinta yang berlebihan tadi muncul akibat besarnya harpan kita terhadap cita-cita tadi. Sehingga orang yang tidak mendukung kita benci, dan orang yang menolong kita sukai. Kita menyukai seseorangpun dalam konteks ini bukan karena ikhlas mencintai, namun tidak lebih hanya karena dia menolong kita dalam mencapai cita-cita kita. Rasa cinta itupun bisa pudar jika suatu saat orang yang kita senangi tidak lagi membantu kita. Jadi biasa aja. Tak perlu mengharapkan bantuan orang lain, tapi jika kita bisa, bantulah orang lain.
Selain itu, dalam kitab bab ini juga dijelaskan adab dalam menanggapi cita-cita yaitu tidak melakukan hal yang bukan tugasnya. Misalnya seorang pelajar, tidak perlu memikirkan masalah biaya, karena tugasnya adalah belajar sedangkan masalah biaya adalah tugas walinya. Boleh ikut memikirkan dan mencari solusi masalah biaya dengan cara hemat dana, tapi tidak memikirkannya terlalu banyak. Adapun contoh yang disampaikan oleh KH. Yazid adalah misal petugas KUA tidak pantas ngurusin maling karena itu urusan polisi. Polisi juga tidak pantas menikahkan orang karena itu bukan tugasnya melainkan tugas KUA. Pemahaman tambahan bagi saya ialah fokus pada tugasnya dan melakukan sesuatu sesuai kemampuan dan keahliannya.
Akhir pembahasan, KH Yazid menambahkan bahwa orang yang kadung suka beribadah, banyak dzikir terkadang lupa untuk bekerja, dibisiki syeitan. Begitu juga bagi orang yang terlalu ngoyo bekerja, juga didekati syeitan, bisa meninggalkan ibadah. Oleh karena itu saya menyimpulkan bahwa hidup itu harus ideal. Dalam mengejar cita-cita jangan berlebih-lebihan, tapi bukan berarti pasrah diam anteng begitu saja. Kita memang tidak tau kita akan jadi apa, makanya kita harus berusaha. Kita juga tidak tau di mana batas usaha  dan cita-cita yang tidak boleh kita lalui, tapi kita bisa menggunakan akal dan hati dalam hal ini. Agar kita tidak melampaui batas, bekerjalah seoptimal mungkin tanpa meninggalkan hak-hak yang lain seperti hak Allah, hak anak istri, hak suami, hak tamu, hak tetangga, hak orang lain, dan hak anggota tubuh kita. Waktunya sholat ya sholat, waktunya istirahat ya rehat, waktunya makan ya makan, waktunya belajar ya belajar, waktunya silaturrahim ya silaturrahim. Terakhir, tawakkal pada Allah.
Adapun berikut poin-poin ringkasan dari pengajian kitab al hikam 3 ini:
1.   Silahkan bercita-cita dan mengusahakannya, tapi jangan berlebihan
2.   Tawakkal pada Allah
3.   Lakukan sesuai tugasnya masing-masing
4.   Jangan mengharapkan bantuan orang lain
Semoga bermanfaat!