Archive

Archive for Oktober 2015

Harga Diri Itu Ketika..



Hari itu awan begitu berat. Kilat petir bersahutan memekakkan telinga, menggentarkan hati. Siang hari tak lagi bersinar. Begitu juga sinar di hatinya yang sudah redup, ya si Painem. Bahkan bukan redup lagi, tapi gelap sekali segelap saat sedesa mati lampu di malam hari, bisa bayangin kan segelap apa hatinya? Ya segelap desa tadi. Beberapa saat kemudian hujanpun turut mendramatisir kegelapan hari itu. Ah sungguh! Siang yang gelap! Dan di sanalah dia, di tengah badai hujan, badai petir, sedang berdiri berhadapan dengan Paijo yang beberapa detik lalu masih berstatus pacarnya!
Painem            : Kamu mutusin aku? Emang kamu siapa berani-beraninya mutusin aku?!harusnya aku yang mutusin kamu! Gak sudi aku!
Paijo                : Aku Paijo, Nem! Painem! Sadarlah! Kamu amnesia gara2 aku putusin?!
Painem            : (hiaaaaaaa, spicles) maksudku.. ya sudahlah! Intinya aku bahagia kamu putusin!! Aku bisa mendapatkan 1000 laki-laki yang lebih ganteng dari kamu Paijo!! Pergi saja sono ke laut!!
Paijo                : Alhamdulillah, tau kamu sebahagia itu, pasti sudah aku putusin dari dulu.
Painem            : (WHAAAAAAATZZZ??!!) terserah! (tanpa ekspresi)
Paijo                : Eh nem, kamu nggak nangis kan? Kok pipimu basah?
Painem                        : Nangis? Gara-gara kamu?! Enggak bingit! Yaiyalah pipiku basah! Wong ujan deres gini! Tuh pipimu juga basah, kamu nangis juga apa???
Paijo                           : Oh iya ding. Yang nangis langit. Yaudah, selamat berbahagia, aku pulang dulu. Basah kuyup nih! Aku nyebur dulu ke laut. Dadaaaaah. Hihi
Painem            : (Lemes)

Setelah Paijo menghilang, tiba-tiba.. “Hiaaaaaaaaaaaa,, hikz hikz hikz hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikz,, TAU GAK SIH AKU SAKIT HATI! MANA ADA ORANG DIPUTUS BAHAGIA??! DASAR PAIJO BODOOOOOOOOH! MESKIPUN KAMU BODOH, AKU TETEP CINTA SAMA KAMU, PAIJO! TAPI AKU GAK NYANGKA KAMU SEBODOH INI! HIAAAAAAA (guling-guling) TAPI GAK APA2, YANG PENTING HARGA DIRIKU TETAP TERJAGA. HAHAHAHA, MERDEKA!! Tapi… HUAAAAAA (guling-guling lagi)
Yeah, begitulah keadaan siang yang menyerupai malam itu, tangisan Painem bersama air hujan membanjiri halaman rumah Painem. Begitulah Painem mempertahankan harga dirinya di depan Paijo. Meskipun sebenarnya hatinya sangat sakit. Ah poor Painem! But salut atas pertahanan harga dirinya.
 (cerita di atas Cuma piktip lho ya? Sedang pingin nulis non piksi campur piksi, J . kenapa pakek cerita itu? karena aku sering denger perempuan bilang harga diri saat putus sama pacarnya. ahahay)
Yup! sebagaimana harga diri itu penting bagi Painem pun bagiku juga sama pentingnya. Tapi, di mana kita harus berbicara tentang harga diri? setiap orang aku yakin punya pandangannya masing-masing tentang harga diri. Bagiku, harga diri adalah sebuah harga yang tidak bisa dibayar dengan uang. Dia tidak terbayar. Aku memiliki harga diri ketika aku tidak mengemis makanan, uang, jabatan, pertolongan, harapan, dan cinta pada orang lain.  
Aku memiliki harga diri ketika aku tidak meminta untuk dibelikan makanan/barang pada orang lain kecuali pada orang tuaku. Jujur saja, aku selalu miris mendengar orang begitu semangat minta ditraktir saat orang lain ultah atau apalah. Suka banget menerima, tapi tak suka memberi. Aku memiliki prinsip tangan yang di atas ialah lebih baik daripada tangan di bawah. Jadi pantang buatku untuk minta traktiran pada siapapun. Aku malah lebih suka mentraktir kalau ada uang. Kalau nggak ada, ya diem aja. Hehe
Aku memiliki harga diri ketika aku menolak menerima uang suap ketika dalam pemilu. Meskipun sebenarnya aku bisa saja menerima uang itu dan memilih orang lain tanpa sepengetahuan si penyuap, tapi itu adalah harga diri. seberapa besar harga diriku? Emang berapa harga suaraku? Berapa harga idealisme dan prinsipku? Tidak, orang tidak akan bisa membelinya dengan uang. Memberi suap padaku sama saja dengan penghinaan. Itu artinya dia juga menganggap bodoh dan rendah diriku yang mudah menukarkan sesuatu yang berharga dengan sesuatu yang lebih murah. Maaf, saya tidak bodoh insyaallah.
Aku memiliki harga diri ketika aku menolak untuk melakukan semua bentuk penyogokan untuk masuk universitas. Aku percaya sama kemampuanku. Aku yakin segala sesuatu yang dimulai dari kesalahan yang disadari, akan berujung pada kerugian. Aku tidak akan melakukan hal itu hanya untuk masuk universitas. Toh universitas itu tidak bisa menjamin masa depanku. Cerah atau tidak masa depanku itu tergantung padaku. Mau berusaha atau tidak.
            Seperti itulah kira-kira aku memandang harga diriku. Menurutku sangat penting kita mendefinisikan harga diri ini. Kalau kita tidak mampu menghargai diri kita sendiri, maka jangan berharap orang lain bisa menghargai kita. Kalau Nabi pernah bersabda yang inti artinya adalah kalau kamu tidak punya rasa malu, silahkan lakukan apapun semaumu, maka aku akan berkata kalau aku tidak punya harga diri, silahkan lakukan apapun seenakku. Memiliki harga diri akan membuat kita menghindari sikap dan perkataan yang dapat memalukan dan menghinakan diri sendiri. tidak berbuat seenaknya. Tidak berkata seenaknya. Dan orang lainpun tidak akan semena-mena sama kita. Kita punya etika. Kita punya prinsip. Kita punya identitas. Kalau kata bang Rhoma sih, jangan sampai ditukar dengan apapun harga diri ini.
            Nah sekarang, bagaimana menurutmu harga dirimu? Yeah, Setiap orang pasti menghargai dirinya dengan caranya sendiri. Tak harus sama. Yang penting kita faham betul bagaimana kita menghargai diri kita sendiri agar kita tidak mudah direndahkan oleh orang lain. Karena rendah hati tak sama dengan rendah diri.
            Lah, kenapa tiba-tiba sekarang bicara harga diri? ya suka suka aku kan? Namanya juga ide munculnya juga suka suka. hihi

Apakah memang polisi di negeri ini tak perlu mengurusi masalah pencurian HP?



Pencurian adalah salah satu masalah sosial yang sangat meresahkan masyarakat. Mengancam hak dan keamanan orang lain. Sampai sekarang pencurian belum juga berhenti di negeri ini. Bahkan di tempat yang tak jauh dari kota Jember yang sedang saya tempati sekarang sudah terkenal dengan maraknya aksi pembegalan yaitu pemalakan sepeda motor di tengah jalan dan biasanya juga menyakiti si empunya sepeda motor. Sekarang banyak orang yang tak berani untuk melewati jalan tersebut saat sore dan malam hari karena seringnya aksi pembegalan di jalan tersebut. Ini menunjukkan seakan-akan kita semua telah menyerah pada kriminalitas pencurian. Seolah-olah pencurian bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Seolah-olah makin banyak saja orang yang berani melakukan pencurian secara terang-terangan. Seolah-olah tak ada yang mereka takuti setidaknya di dunia ini sehingga mereka semakin PD untuk terus melakukan pencurian. Gaya mencurinya pun andalan, sangat cantik seolah-olah telah memiliki pengalaman dan pelajaran mencuri yang sangat hebat.
Beberapa teman dekat saya beberapa kali menjadi korban pencurian HP. Bahkan kasus terakhir, teman saya dijambret padahal kondisi Hpnya sudah berada di tempat yang paling sulit untuk dijambret. Beberapa kali itu juga saya menyarankan mereka untuk lapor ke polisi. Tapi jawaban mereka membuat saya kaget. Sungguh sangat kaget. Mereka bilang melaporkan ke polisi hanya buang-buang waktu dan tenaga soalnya itu hanya sekedar menjadi laporan belaka tanpa tindak lanjut. Jangankan Hp, pencurian sepeda motor aja tidak bakalan cepat diurus kecuali si korban membayar uang ke polisinya.
Kemudian saya jadi bertanya-tanya. Apakah 1. Kita harus membayar agar masalah kita diurus oleh polisi? Atau 2. Apakah memang polisi tidak ada program mengurus pencurian Hp atau barang-barang kecil lainnya? 3. Lalu kalau memang begitu, kita harus minta tolong sama siapa saat hak-hak kita direnggut di negeri ini?
Ah tentu sangat miris kalau jawabannya iya. Kalau dari segi nilai, sudah tak diragukan lagi sekarang sudah banyak orang yang memiliki Hp mahal. Kalaupun tidak mahal harganya, setidaknya yang paling penting adalah mahalnya harga kriminalitasnya. Sebenarnya ada tiga esensi kenapa kriminal harus ditangkap dan disanksi. Pertama, untuk memberikan keadilan bagi korban. Memberi efek jera bagi si pelaku kejahatan dan orang lain agar tidak ikut melakukan kejahatan. Terakhir, bukti bahwa hukum dan keadilan masih berlaku di negeri ini.
Lalu kenapa teman-teman saya tidak mendapatkan keadilan dari polisi setempat atas Hp mereka? Pencurian Hp hanya akan menjadi cerita menyedihkan bagi teman-temanku. Untung saja mereka tidak berusaha mengejar pencuri, jika mereka nekat mengejar nyawa bisa jadi taruhan. Jadi kasusnya kriminalitas berantai. Bukankah pencurian juga ada pasalnya di negeri ini? tidak adanya tindakan dari polisi sebenarnya ini bukan hanya merugikan si korban tapi juga merugikan si pencuri karena dia akan semakin PD untuk terus mencuri barang yang dianggap kecil oleh polisi sehingga tak perlu heran kalau pencurian Hp masih marak terjadi dan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah.
Sungguh aku malu dengan realita ini. Indonesia bukan negara para penjahat! Aku banyak menonton film India, di sana polisi ditokohkan sebagai sekelompok orang yang mesum, menggunakan kekuasaannya untuk melayani penguasa yang kejam, dan sembarangan membunuh rakyat di keramaian. Sungguh jika itu benar terjadi di dunia nyata, aku malah berharap sebaiknya tidak perlu ada polisi. Bagaimana dengan negeri ini? semoga bukan polisi yang ditokohkan dengan orang-orang yang lelet karena mata duitan.