Archive

Archive for Juni 2012

Inisiasi: dialog senja ke-nol


Senja itu indah, pertanda langit akan segera menggelap, pertanda rembulan dan bintang – bintang kan terlihat. Tak kupikirkan lagi selain pulang, pulang untuk mengistirahatkan diri setelah seharian berjalan menyusuri sapaan ombak kecil di tepi pantai. Aku juga tidak ingin menoleh lagi ke bekas – bekas jejakku yang terhapus di belakang. Ku melangkah hingga air asin itu tak bisa mencapai kakiku. Ah, bukankah sore ini sama dengan sore – sore sebelumnya, tak ada yang lebih istimewa dari senja, tak ada yang lebih istimewa dari riuk ombak kecil, tak ada yang lebih istimewa dari duduk di atas batu karang yang selalu dihampiri ombak, tak ada yang lebih istimewa dari suara tawa anak – anak kecil yang nakal dan bertelanjang dada di tepi pantai. Angin sore inipun masih sama, mengayunkan helai – helai rambut panjangku mengarah ke kepantai.

Ntah sejak kapan, langkahku terhenti akibat kasarnya pasir – pasir mengigit telapak kakiku, ah biar kubungkukkan badan untuk mengusir pasir - pasir usil itu.  Ada apa? Ku tangkap siluet jingga merajai mataku. Arah itu, karang di sebelah sana. Aku ingin sebentar duduk – duduk di atas karang itu. Karang yang mungkin terlihat tak istimewa, hanya saja dia telah menculik perhatian jingga dari mataku. Ku pikir jingga itu istimewa, aku tidak ingin melewatinya.

Karang biasa, tak segagah karang di tengah sana mungkin, tak semungil karang – karang di ujung sapaan ombak di sebelah selatan. Tapi ummm, karang ini terlihat pas di mataku. Karang hitam dengan lubang – lubang kecil sebagai pertanda sifat karanga-wi-nya  dan gerigit – gerigit kasar yang menunjukkan betapa matangnya dia sebagai karang.

Ah, biarlah, aku ingin terlelap malam nanti, salam kenal karang,, aku menyukaimu atas lubang – lubang kecil dan gerigit – gerigit kasar yang kupikir manis.

CINTA


Apa itu cinta, bagaimana warna cinta, apa peran cinta, kupikir akan banyak sekali not – not yang membahas masalah cinta. Dari segi defiinisi,  proses, dan dampak – dampaknya. Di sini aku tidak akan membahas seperti yang kebanyakan mereka sudah bahas. Mungkin lebih cenderung sebagai curhatan. 

Cinta yang baru bisa bener – bener ku mengerti setelah melalui perjalanan hidup bertahun – tahun. cinta yang tak tergantikan, cinta yang benar – benar tulus. Sebenarnya aku tidak mengerti cinta, aku tidak penah mengerti tentangNYA. Bahkan Cinta kepada diripun, aku masih terasa rancu.

Sebagaimana yang lain, aku juga tertarik dengan istilah cinta, aku selalu mengharapkan dia selalu hadir dalam diriku ntah dalam bentuk seperti apa, karena aku memang tidak mengerti dia. Aku hanya yakin bahwa cinta itu indah dan membahagiakan.

Banyak air mata yang mengisahkan sisi sedih dari cinta. Tapi sebanyak apapun air mata yang sudah terkumpul untuk meyakinkan kesedihan dari cinta, aku tetap yakin bahwa makna cinta yang sebenarnya tidaklah seperti itu.

Cinta, aku tidak mengerti dia.  Hanya saja setiap aku melihat ke arah ibu, bapak, dan nenekku, hatiku selalu merasa bahagia, seperti ada pelangi di bola mata mereka, dan semuanya menjadi sangat indah. Kemudian aku menakan perasaan itu sebagai cinta. Cinta yang dipancarkan oleh ketiga malaikat itu untukku.

Butuh waktu bertahun – tahun untuk bisa melihat itu, kupikir bukan karena pelangi yang tak terlihat atau dia baru muncul melainkan karena mataku yang terlalu putih untuk melihat pelangi akibat permainan hidup yang belum bisa aku selesaikan dengan sempurna.

Hingga saat aku mulai bisa  berpikir dan merasa, pelangi itu begitu kuat memancar. Dan aku melihatnya. Pelangi itu benar – benar hanya pelangi, tak ada kontaminan meskipun bentuknya seperti hiasan tambahan. Itu benar – benar hanya pelangi tanpa tambahan apapun. Natural, polos, tulus dan sejati.

Ternyata, aku benar – benar tidak membutuhkan polesan lain di pelangi mereka. Karena dengan begitu, cinta itu benar – benar terasa tulus dan suci.

Ibuku, Bapakku, dan Nenekku, ntah sebenarnya  apa itu Cinta. Tapi bagiku, dengan melihat kalian, hatiku selalu bahagia, bahagia, dan bahagia selalu. Dengan melihat kalian, aku melihat pelangi yang benar – benar asli. Dan bagiku, itu semua adalah Cinta. Cinta yang tak ada duanya di dunia ini (manusia).

Jember : Panas biuuuud


Ada yang belum tau kota jember? kalo ada, aku jelasin deh dikiit. Jember merupakan suatu salah satu kota di Indonesia yang terletak di provinsi jawa timur bagian tertimur setelah banyuwangi. Jember memiliki tanah yang sangat subur untuk beberapa jenis buah – buahan seperti durian, rambutan, alpukat, buah naga, jeruk, salak dan jambu biji. Bisa dikatakan sebagai kota perbukitan, oleh karena itu cuacanya masih sejuk. Jember mempunyai pantai andalan yaitu PAPUMA (pantai pasir putih Malikan), katanya sih PAPUMA ini merupakan laut terusan samudra hindia. Airnya bersih, biru, dalam, dan ombaknya sangat besar. Bagiku, PAPUMA adalah pantai terindah yang pernah kukunjungi. 

Jember yang ku kenal masih kota yang lugu, polusinya tak sebesar di kota2 besar dikarenakan banyaknya tumbuhan untuk menyerap gas – gas SPM dan lain – lain. Tumbuh – tumbuhan inilah mungkin yang memberikan suasana sejuk. mengurangi intensitas cahaya matahari yang sampai ke kulit kita. 

Namun akhir – akhir ini mulai terasa ada yang berubah. Matahari pukul 8 pagi begitu terasa menyengat, dan pada siang hari serasa matahari akan membakar diri yang mengontel sepeda sepulang kuliah. Ow ow,, apakah gerangan yang terjadi? Pemandangan samping jalanpun juga mulai jauh berbeda. Sebagai mahasiswi jurusan kimia yang terlatih untuk peka dengan perubahan yang terjadi di lingkungan, mataku mulai menganalisis.

Ntah sebenarnya seperti ini atau tidak. Berikut hasil analisis mata dan pikiranku mengapa matahari di jember semakin mengganas. Berdasarkan hal – hal nyata yang nampak, terdapat beberapa aktivitas pembangunan gedung perkantoran, perumahan, dan pertokoan tanpa diimbangi dengan penanaman tumbuhan. Hal ini menyebabkan perubahan pada lingkungan. Asumsiku, Menurunnya tumbuh – tumbuhan di kota jember yang tergantikan oleh gedung – gedung mewah menyebabkan perubahan intensitas cuaca. Sehingga ketika di siang hari panas matahari terasa begitu panas.

Ini merupakan fenomena yang bukan sekedar perubahan sengatan matahari, namun ini juga dapat menyumbangkan kerusakan pada lingkungan. Sehingga membutuhkan perhatian yang besar dari kita para penikmat dan pemerhati lingkungan, terutama bagi para mahasiswa kimia UNEJ.

Yukz peka pada lingkungan, dan lakukan perbaikan dengan pendekatan kimia.
semangat!!!
;-)

Beautiful memory of love, laugh,and hug


Yang tersayang
Mbaaaak,, hahaha,, lihat.. wek wek wek.. (badan meniru tengkorak)
Adek!!! Jijik tau?!

Hahahaha, 

     Mbak, mesti adek begitu, selalu iri padaku
     Mbak, aku ingin kepiting
     Mbak, aku tidak mau kalo kepitingnya dibelikan sama nenek
     Mbak, katanya SMANJ labnya lengkap? Seharusnya sudah bisa bikin sesuatu

Mbak, pulkam kok sering mendekam di rumah,
Sudah sehat tapi gag manfaatin
Coba kalo fisikku memungkinkan,
Aku pasti sudah kemana2 cari pengalaman
Selama ini, aku hanya bisa cari pengalaman lewat Tipi

     Mbak, sekali aku diajari dasarnya dan mengerti
     Maka soal sesulit apapun pasti bisa ku kerjakan
     Aku suka matematika dan Fisika
     Bagiku, bhs Indonesia adalah soal tergampang
     Jawabannya pasti disediakan di paragraph

8x4 berapa nak?
30
Abbegh,, yakin?
Iya yakin.

     Lul, 8x4 berapa nak?
     32
     30!
     32 mbak
     Uufth (sebel)

Ckckckk, sebel banget sama adekku yang satu itu, selalu aku kalah dalam hal matematika, padahal aku ya lebih dulu diajari, kelasnya kan lebih tinggi aku. Tapi ya tetap aja yang kalah.

Hmmmnn Hasan Saiful Ulum, sebuah nama yang akan selalu aku lihat setiap ingin menyerah, setiap kali aku mengeluh, setiap aku sembarangan meletakkan barang. Adekku yang paling cakep. Paling pinter, paling teliti, dan paling kurus. Apatah lagi yang ingin dikata, saat masih belum ada adek – adek yang lain, teman bermainku di dalam rumah hanya dia, ibu, dan bapak. Setiap belajar, aku akan ditemani bapak, dan dia akan ditemani ibu tapi tetap dalam satu waktu dan satu ruangan. Seringkali aku dongkol tingkat ekstrim saat dia bisa menjawab pertanyaan PR-ku yang tidak bisa aku jawab. Jaim lah, masa’ iya mbak kalah sama adek. Saat dia dengan puas bisa menjawab, dia akan masang tampang takut (hehehe), ibu senyum – senyum dan bapak akan semakin ngece.. “kok bisa kamu kalah sama adeknya nak?? Yang teliti lah, jangan terburu – buru” dibarengi dengan ketawa yang semakin bikin aku dongkol setengah idup (dasar bapak!,usil)

Tapi bagaimanapun, itu adalah kenangan yang sangat manis,, sangat manis.  Bapakku akan memelukku dan mengusap – usap kepalaku sambil berkata “hoooo,, nggak boleh marah nak, nanti belajar lagi, fir itu bukan gak bisa, hanya saja tadi terburu – buru jawabnya, makanya salah”, adekku akan bersikap tidak enak padaku,dia sangat menghargaiku, dan ibuku tidak akan menjadikan itu sebagai masalah.

Saat keluar rumah, aku akan bermain sodor, petak umpet, karet, settengan, kasti dan lain – lain. Dia Cuma diem dan mensupportku setiap aku melakukan gerakan, ibuku akan ketawa saat aku melakukan keluguan dalam bermain. Dan ketika malam tiba, ibuku akan menceritakan aktivitas lucuku siang tadi.

Subhanallah,, kangen masa – masa itu ya Allah.. walau ku tetap bersyukur, Kau gantikan dia dengan adek bungsu yang super duper nggemesin,, adek – adekku yang lain semuanya menyenangkan, ibu – bapakku masih selalu ada untuk menemani belajar kami,ibu masih suka bercerita pada bapak tentang aktivitas kami, bapak masih selalu membesarkan memotivasi kami, aku bersyukur ya Allah, tapi sungguh kadang aku masih ingin menangisinya, masih rindu.
Ya Allah, semoga hidupnya di “sana” jauh lebih baik daripada di dunia yang mana dia selalu memanggung sakit, sakit yang dirasakan akibat “lemah jantung”. 

Dia adekku, Alm. Hasan saiful ulum, yang meninggal pada usia baru memasuki usia baligh.


hmmmm


Tentang apa yang sebenarnya terjadi
Ini membuatku sesak
Kenapa harus tanpa penyelesaian
Tak tahukah kau, bahwa ini telah sangat melukaiku
Meneteskan air mata di antara bisingnya kendaraan yang berlalu lalang
Tanpa sempat kau bertanya, mengapa aku begini
Atau sebennarnya memang tak ingin menyempatkan diri.
Aku mulai terlanjur sering melakukan kebodohan
Kebodohan atas rasa tidak menerima
Kebodohan atas kekecewaan yang teramat tawar
Bahkan, sedikitpun kau tak ingin membahasnya
Kenapa harus suka melempar batu dan kemudian sembunyi tangan
Kenapa selalu tak mengerti bahwa aku ingin kau membahasnya
Agar kering luka ini, agar sudah sedih ini
Kau membuatku berlari terlalu kencang
Tanpa arah yang pasti
Lari seolah – olah sedang ketakutan
Sambil menutup mata, memegang dada, dan meremukkan kepalan tangan
Menerobos udara tanpa ingin berhenti
Tak tahukah kau, betapa lelahnya aku?
Dan kau mulai tertawa dan berpikir bahwa betapa bodohnya aku
Perih saat setetes air mataku mulai jatuh
Mempermainkan diri ndiri karena orang lain yang sepantasnya dianggap tidak ada
Tak tahukah kau, betapa sadis ini semua untukku
Berlari setiap hari dari kenangan – kenangan yang terlalu nyata di depan mata
Dan kau terus menganggapnya sebagai suatu kebodohan.
Kalau ini memang kebodohan, aku berharap kebodohan ini yang akan membawaku pada sesuatu yang tidak rasional
Sesuatu yang tak akan pernah terpikirkan oleh siapapun, bahkan oleh diriku ndiri.
Ntah kenapa aku sama sekali tak ikhlas kau menjadikanku sebagai perantara, ntah kenapa hatiku menjadi sangat tidak ikhlas dengan melakukan ini, membuatku menjadi orang bodoh yang menyedihkan dengan kau tersenyum tanpa beban.
Jika ini memang kebodohan, aku tidak bisa berharap apa – apa.
Dan pada saatnya kau akan mengerti arti dari “takut berharap”
Itu jauh lebih menyakitkan dari sekedar rasa atas fakta yg kau perlihatkan.
Kau.. harus mengerti tentang arti dari rasa takut itu.

To: me N you


Sembunyi, ah.. ketahuan kau!
Ckckck, jangan cemberut!
Baiklah, ku belikan es krim untukmu
Senyum! Lari yuuuukz.. hahahaa..

            Itu punyaku!
            Huhuhuhuu, aku benci kamu!
            Aku gak mau maen sama kamu!
            Huhuhuuu…kamu jahat!

Ntah seberapa ringannya keputusan anak kecil
Seringan itulah mereka akan tertawa dan saling bermusuhan
Seringan itulah mereka akan kembali,
Benar – benar keputusan tanpa pemikiran

            Tanpa kita sadari, kita telah menjalani satu hal dan melupakan satu hal yang lain
Saat indah, kita akan tersenyum selebar-lebarnya, ingin menunjukkan bahwa kita adalah teman terbaik
Saat mulai tergelincir, kita mulai saling menjauh dan saling menjatuhkan
Saat itu semua sudah terlewati, benar – benar tak ada jalan untuk kembali

Apa yang terpikirkan,
Ternyata, kita bukan anak kecil.
Tapi anak yang sangat kecil, terlalu kecil
Bukan, tapi anak yang kerdil

            Tertawa, menangis, kemudian tak ada senyuman yang bisa diharapkan
            Merasa benar, selalu menyalahkan, itulah kita
            Yang satu tak peduli, yang satu tak pernah bisa berhenti
            Bener – bener suatu penyelesaian yang tidak cerdas

Apa yang dirasakan,
Ternyata, kita bukan anak kecil,
Tapi orang dewasa yang menyedihkan,
Bukan, tapi memalukan.

            Masih tak ingin menerima, masih ingin berontak, masih ingin tetap diam
            Tidak setimbang..
            Menggores luka yang teramat pedih, mengukir dendam yang membara
            Kebodohan.

Dan bila suatu hari kita harus bertemu kembali,
Tetaplah seperti itu,
Agar benar – benar meyakinkan,
Betapa kerdilnya kita.

            Selamat pergi,
            Jangan ada yang menanti,
            Buatlah batas yang selamanya tak akan bisa kita mengerti
            Dan mengurung kita dalam suatu rasa yang teramat tawar

Merasa pincang di suatu ruang,
Merasa terinjak di ruang yang lain.
Biar kita saling mengatakan,
Itu salahmu, dan aku membencimu.