Kadang aku
berpikir, kenapa aku tidak dihidupkan pada zaman nabi SAW aja, hingga hilanglah
semua kesalahartian, kesalahfahaman dalam memahami ayat-ayat Allah. Hingga
pergilah segala keraguan di hati. dan menderu-deru iman di dada dalam berjihad
di jalanNYA. Selain itu, jadi bisa bertatap langsung dengan wajah Rosulullah
kekasih Allah, atau bisa berinteraksi dengan para keluarga beliau seperti
Fatimah dan Bunda Aisyah ra.
Namun, hidup
itu harus selalu disyukuri. Bisa saja aku dilahirkan pada zaman sekarang untuk
menjadi cahaya dalam kegelapan, untuk menjadi penerus para pejuang islam di
jaman nabi. Bukankah Rosulullah juga masih menjadi saksi atas kita? Rosulullah
pernah menuturkan bahwa orang islam yang paling baik adalah orang-orang islam
pada zaman beliau. Hal itu wajar, karena mereka dibimbing langsung oleh nabi.
Namun, Tak masalah hidup di zaman apapun, yang penting kita tetap berpegang
teguh pada tali Allah, berpegang teguh pada Alqur’an dan sunnah nabi. Terlebih,
jika kita bisa menjadi penerus para sahabat dalam berdakwah, menjadi sinar
dalam keawaman yang menyesatkan, menjadi embun yang sejuk bagi orang-orang
lemah.
Sedangkan
pertemuan dengan nabi bukanlah hal yang tidak mungkin meskipun kita tidak hidup
di zamannya. Biarlah kita tidak bertatap muka dengan beliau di dunia, tapi
semoga kita bisa duduk berhadap-hadapan dengan beliau di syurgaNYA. Selama kita
beriman dan bertaqwa padaNYA, selama kita menjalani sunnah-sunnah rosul, meneruskan
dakwah islam, selama kita mencintai Allah dan RosulNYA melebihi cinta kita pada
siapapun, hingga tak ada waktu barang sedetikpun tanpa menyebut asma Allah dan
Rosullah, hingga Allah dan RosulNya selalu ada di hati kita, dalam setiap nafas
kita, dalam setiap aliran darah kita, dalam setiap detak jantung kita.
InsyaAllah di akhirat kelak di syurgaNYA, kita akan dipertemukan dengan
rosullah, bahkan dengan tuhan kita dan tuhan semesta alam, yakni Allah SWT.
Biarpun
begitu, itu bukanlah hal yang mudah untuk bisa kita raih. Zaman kita telah
menawarkan ujian dan godaan yang sangat besar, sedangkan di antara kita selalu
berselisih faham. Kebenaran yang sebenarnya menjadi sangat sulit untuk dilihat
dan diikuti. Banyaknya para penentang dan penghalang dakwah di hadapan kita, membuat
kita terkadang jatuh ke dalam keputusasaan. Terlebih, gemerlapnya dunia
seringkali membutakan mata kita dan semakin menambah keraguan dan kelalaian
pada aturan-aturan islam. Tak hanya itu, kekerasan hidup yang kebetulan kita
rasakan seringkali menggerogoti iman di dada, menjadikan kita putus asa dari
rahmatNYA, lalu terikut masuk dalam kemaksiatan yang hina.
Tapi bukan
berarti kemenangan iman menjadi hal yang mustahil di zaman ini. selama kita
terus meminta padaNYA ampunan dan HidayahNYA, selama kita
sadar-sesadar-sadarnya bahwa perjuangan ini ialah penuh dengan duri, selama
besar harapan kita untuk terus menujuNYA, selama kita tak diam menjatuhkan diri
dalam arus kejahilan, InsyaAllah ada pertolongan Allah yang akan semakin
meneguhkan iman di dada, ada pertolongan Allah yang akan semakin mempermudah
langkah kita di jalanNYA, memperkuat hati kita dari hantaman sana sini,
memberikan jalan keluar atas setiap kesukaran yang kita hadapi. Hingga
perjuangan ini tak terasa sulit lagi, sebaliknya perjuangan ini menjadi begitu
indah.
Walaupun tidak
ada rosulullah di hadapan kita saat ini, walaupun kita tidak pernah
bersama-sama dengan para sahabat dalam jihad melawan orang-orang kafir qurais,
kita masih bisa menjadi muslim yang total, setidaknya mendekati keimanan para
sahabat. Kita bisa bershodaqoh, berbuat baik, melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar. Biarpun jalannya sangat sulit, percayalah pertolongan Allah akan
selalu ada bagi kita yang ingin menyelamatkan diri dari kesesatan dan kehinaan.
Karena islam adalah agama yang benar, maka optimislah, dengan pertolongan dan
RidhoNYA, kita akan menjadi pemenang di zaman yang sudah hancur ini. InsyaAllah
amin amin ya Robbal alamin.