My mini red ontel, tongkat dalam safar-ku


Pernahkah kau menyukai suatu benda milikmu melebihi benda – benda lainnya? Pernahkah kau menjadikan suatu benda milikmu sebagai sahabat yang selalu menemani kita saat kita sedang berjuang ataupun sedang sedih? Aku memilikinya.
Satu – satunya benda milikku yang paling berharga. Selalu menemani perjuanganku di kota jember, menjadi bukti bisu atas kepelikan hidup yang kujalani, menjadi saksi bisu atas setiap kekaguman hidup yang kurasakan. Menjadi tempat yang paling sip untuk mencurahkan segala isi hati tanpa sepatah katapun, seakan – akan sudah mengerti, menjadi satu – satunya sahabat yang setia menemani dan mendengarkan hatiku. 
 
My mini red Ontel,
Yupz,, sepeda miniku yang berwarna merah. Aku memperolehnya sekitar 2,5 tahun yang lalu, pada bulan agustus 2009 dari bapak. Awalnya aku tidak menyukainya, ntah kenapa aku merasa sepeda ini seperti member tanda bahwa aku akan hidup dengan penuh perjuangan di kota ini (jember), bahwa aku akan memperjuangkan hidupku sendiri di sini. Saat aku mulai meliriknya, kami bersepakat bahwa kami akan berjuang bersama. Ntah kesepakatan seperti apa, tapi seperti itulah saat aku melihat warna merahnya yang tiba – tiba membakar semangat berjuangku. Kali ini aku menerimamu sebagai teman baru dalam hidupku “My mini red Ontel”
Yupz, kemudian aku arungi perjuangan di kota jember bersamanya, jauh dari orang tua, dari keluarga, dari sahabat – sahabat di kota sendiri membuat dia menjadi satu – satunya teman terdekat yang akan selalu berpihak padaku. Kemana – mana selalu bersama dia, aku tak pernah malu memilikinya. Kemana aku harus pergi dalam perjuangan akademikku, maka dia akan menjadi satu – satunya kereta kencana yang sangat istimewa, tak pernah punya keinginan untuk menukarnya dengan apapun.
Sangat menyenangkan rasanya pagi – pagi membakar semangat ngampus dari setiap kayuhan, sangat membahagiakan rasanya ketika siang – siang/ sore/ malam menelusuri jalanan jember bersamanya, terasa asyik setiap ku naikkan kecepatan mengayuhku untuk segera melepas letih di kamar tercinta. Menungguku di setiap tempat yang aku kunjungi, tak pernah protes dimanapun dia berada. Sepedaku tak pernah takut dengan panasnya matahari di kota jember, tak pernah khawatir dengan dinginnya malam dikota jember, dan selalu tersenyum hangat dengan lembutnya senja di sore hari.
Saat terasa lelah, saat merasa sendiri, saat aku harus pulang malam dari kampus.. saat aku ingin menangis,, ckckc.. aku benar – benar akan menangis bebas di atas kayuhan sepeda ontelku. Rasanya menjadi sangat kuat saat aku memegang kuat setirnya, rasanya menjadi sangat plong saat aku mengayuhnya dengan kecepatan tinggi, seperti tidak ingin dunia melihatku menangis, maka aku harus mengayuh dengan sangat cepat hingga dunia tak punya waktu untuk memperhatikan wajahku. 
 
Saat gerimis menyapa, ku mulai pelankan kayuhanku, membiarkan diri bermesraan dengan sejuknya gerimis, membiarkan gerimis menyentuh wajahku dengan sangat sempurna. Saat hujan mulai mengguyurku hebat, seperti ingin memberi tahu, aku mulai mengayuh sepedaku dengan sangat cepat,, sangat seru rasanya saat kebingungan dengan hujan. Tangan kiri memeluk rapat ransel pink-ku, tangan kanan mengemudi setir, dan kaki mengayuh sepeda dengan gilanya. Sesekali kami tersenyum saat kami kalah melawan hujan, menerobos hujan lalu dengan pasrah membiarkan hujan memakan badan kami, akhirnya kami tertawa bersama dengan kekalahan ini kemudian menaruh dendam kesumatpada hujan bahwa besok kami harus bisa mengalahkan hujan! Semangat!
Yupz,, besok2 kami tidak kalah lagi dengan hujan, biasanya kami akan tersenyum bangga menyapa hujan yang sudah kalah tertinggal.
Saat jam dinding di kamarku mulai menunjukkan keterlambatan diriku akan kuliah, dengan sigapnya dia menyambutku dan siap untuk meluncur dengan kecepatan ekstrim, meliuk di sela – sela besarnya mobil dan truk, berlomba kecepatan dengan lin kampus, tak sabar dengan pelannya lampu merah, ngerem tiba – tiba di samping tempat pembuatan sampah, menerobos seksi dalam kemacetan membuat diri merasa bangga saat mampu melewatinya.
Bermain – main dengan hujan.. serius.. sedih.. tertawa bersama.. adalah saat – saat yang menyenangkan bersamanya. Bener – bener tak bisa tergantikan dengan apapun juga.

My mini red ontel, tongkat dalam safar-ku..

4 komentar: