Mungkin
sudah seringkali kita mendengar pesan dari banyak orang mengenai
kesuksesan “berusaha dan berdo’a”, mungkin juga kita sudah
mendengar “man jadda wajada” atau “barang siapa yang bersungguh
– sungguh maka jadilah”. Namun sayangnya tak banyak orang yang
bisa melakukannya dikarenakan mereka tak “benar – benar
mengerti” apa maksud dari kedua pesan tersebut.
Ada
beberapa jenis orang dalam menanggapi kesuksesan dan kegagalan hidup.
- Malas dan suka mencari alasan
Malas,
melakukan usaha sekenanya dan berdo’a sebanyak – banyaknya.
Setelah melakukan kedua hal tersebut dia akan bilang “aku
sudah berusaha, dan kuserahkan semuanya pada Allah, kalo nggak
berhasil, berarti takdirku memang begitu, aku nggak mau terlalu
menforsir diri dalam mencapai sesuatu, kemampuanku segitu, hidup kan
bukan Cuma untuk itu”.
- Malas dan aneh
Usaha
tidak, berdo’apun juga tidak. Katanya “biar
aku mengikuti air yang mengalir, hidup harus dinikmati bukan dibikin
susah”
Gedubrak.
- Terlalu Logis
Logis,
segala sesuatunya didasarkan pada akal. Berpikir bahwa sukses harus
diraih dengan usaha terbaik. Kerja membabi buta lalu menjadi lalai
dalam sholat dan enggan mengaji dan mengkaji agama. Merasa bahwa
kegiatan agama akan mengambil banyak waktunya untuk belajar atau
mengerjakan tugas kuliah. Tapi untuk hal makan, mandi dan tidur tak
pernah lupa, katanya itu untuk menunjang kegiatan belajar lewat
stamina tubuh.
- Ideal
Ideal,
adalah orang yang tak hanya berpikir lurus pada satu hal, disamping
berusaha, di situ juga ada do’a. melakukan usaha terbaik namun tak
terlalu focus disitu. Tak melulu belajar, tapi ada waktu untuk hak –
hak hidup yang lain, tubuh untuk diistirahatkan dan dijaga kebersihan
dan kesehatannya, serta kebutuhan ruhiyah yang dipenuhi. Berpikir
bahwa berdo’a bukan sekedar “meminta”, namun juga harus
disertai dengan “iman dan takwa”, menghindarkan diri dari
maksiat, melakukan segala perintahNYA, dan melakukan hal – hal baik
dengan tulus. Biasanya orang tipe ideal ini, hidupnya akan lebih
tentram dan damai. Kalopun tak berhasil dalam meraih satu mimpinya,
maka dia akan bisa mengambil hikmahnya dan bersabar. Ketika berhasil,
banyak ucapan syukur yang keluar dari lisan dan perbuatannya.
Bahwa
perbuatan itu adalah biji yang akan berbuah (Abdullah, 2012), apa
maksudnya? Perbuatan itu linier dengan hasil akan dicapai (Mintadi,
2012). Apaan lagi neh? Hihiii..
Maksudnya,
ketika “perbuatan” kita baik, maka InsyaAllah akan baik pula
hasil yang kita peroleh. Perbuatan itu adalah biji yang akan berbuah,
ntah buah itu nantinya akan seperti apa. Dan karena perbuatan itu
linear dengan hasil, maka ketika biji itu baik, maka biji yang baik
itu akan terus berkembang menjadi suatu buah yang baik pula. Begitu
juga sebaliknya, ketika biji itu buruk, maka buah yang akan diperoleh
juga buruk.
Lalu,
apa yang ingin aku sampaikan? Aku hanya ingin share, agar kita tidak
terlalu hawatir dengan hasil yang akan kita peroleh, hasil bisa kita
rencanakan sendiri, karena hasil akan mengikuti perbuatan kita.
“man
jadda wajada”
“Barang
siapa yang bersungguh – sungguh, maka jadilah”
copast
inti tausiah Ustad RK “lakukan
yang terbaik, selebihnya itu urusan Allah”
Khusus
kudedikasikan pada diriku yang sangat takut dengan”kegagalan”,
juga untuk pelajar yang sangat hawatir dengan “nilai” suatu
matakuliah, melakukan banyak cara untuk memperoleh nilai yang tinggi
dengan menjatuhkan “kepercayaan” pada diri sendiri.
Terimakasih
untuk orang – orang yang “menginspirasi”:
Ibuku
(Muslimah), Bapakku (Abdullah), dosenku (Drs. Mukh. Mintadi M.Sc),
dan pangeran (RK)
**
note: Perbuatan = usaha dan do’a.
Hasil
yg baik = keadaan terbaik.