Archive

Archive for Maret 2014

Jokowi Nyapres?



Sebelumnya aku tak pernah mengenal nama Jokowi, bahkan di kampungku satupun tidak ada yang bernama Jokowi. Tapi kemudian dia muncul di layar televisi yang ditonton oleh orang perkotaan hingga orang-orang pedesaan dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta hingga ia terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta.
Siapa sangka dia akan muncul lagi di layar tivi. Satu atau dua kali tak mengherankan. Tapi berkali-kali? Bahkan wajahnya menggeser wajah artis dalam acara infotemen. Awalnya, aku hanya  tersenyum melihat itu.
Untuk pertama kalinya, ada pemimpin yang dielu-elukan secara gamblang seperti itu oleh masyarakat. Uniknya, kinerja Jokowi juga Nampak jelas di layar lebar. Dia-pun seperti embun di musim kemarau bagi rakyat DKI Jakarta.
Pemberitaan di media memang sangat berpengaruh pada perspektif orang-orang. Bukan hanya warga DKI Jakarta saja yang jatuh cinta padanya. Akupun ikutan jatuh cinta padanya. Bahkan sempat diri ini meneteskan air mata, Karena telah  ada sosok pemimpin yang baik seperti dia. Nyata kepeduliannya pada rakyat.
Aku sangat yakin, di luar DKI Jakarta banyak masyarakat yang juga ingin dipimpin oleh Jokowi. Bahkan mungkin besar harapannya agar suatu saat Jokowi menjadi presiden Indonesia seperti beberapa temanku yang matanya selalu berubah bentuk love saat melihat Jokowi di layar kaca.
Pencalonan presiden oleh Jokowi pasti akan menjadi berita yang baik bagi kebanyakan orang. Namun, bagaimana kalau pencalonan presiden itu terjadi sekarang? Saat dia masih memegang tanggung jawab di DKI Jakarta sebagai gubernur? Dan nyatanya memang dia telah resmi menyatakan keikutsertaannya dalam jejeran capres 2014.
Mengetahui kenyataan yang begitu tiba-tiba dan tidak disangka itu, cahaya wajahnya di hati jadi meredup. Kenapa? bukankah dia masih baru saja jadi gubernur? Tanpa berpikirpun aku yakin, akan ada kejanggalan yang dikau rasa di hati. Kenapa?
Secepat kucari berita itu di internet, secepat itu juga hatiku berubah padanya. Harapan yang semula tumbuh mekar di hati menjadi layu seketika, atau bahkan sudah mati. Bisakah disebut pemimpin yang baik kalau dia suka main kabur untuk jabatan yang lebih tinggi? Sungguh baru kutahu bahwa dia sebelumnya juga pernah kabur dari Surakarta untuk menjadi gubernur di Jakarta.
Setidaknya dari poin itu saja Sudah cukup jelas untuk membuat kita berpikir. Namun, sungguh naïf kalau dikau tidak berpikir tentang kronologi ini. Su’udzon? Bukan! ini bukan su’udzon. Ini ghoslul fikr, perang pemikiran saudaraku.
Lebay? Jelas saja tidak! kita tidak sedang lebay! Yang lebay bukannya si Jokowi? Dari semua kenyataan ini, tidakkah dikau berpikir dari awal dia muncul di layar kaca? Kenapa pemberitaannya sampai sebegitu hebohnya? Untuk apa itu semua? Namun, bukankah pemberitaan tentang kebaikannya telah mampu menarik hatiku, dan mungkin juga hatimu?
Karena parpolnya memaksa? Tak usah sampai tahap berpikir, cukup dibayangkan saja. Kalau pemimpin masih tidak bisa netral dengan parpol. Lalu, pemimpinnya sebenarnya siapa? Tidakkah sama saja dia telah menjadi babu parpol? Tidak bisa berbuat apa-apa dengan paksaan parpol. Bukankah dia dikenal sebagai pemimpin peduli rakyat? Pernah tahu dengan masalah pak SBY kan? Banyak oknum yang mengecam beliau saat mengambil bagian terlalu jauh dalam parpolnya sedangkan posisinya masih sebagai presiden.
Memang benar, ia dibesarkan oleh parpol. Tapi apa gunanya jadi pemimpin kalau masih disetir parpol? Bukankah kepentingan rakyat jauh lebih penting? Sekali lagi, bukankah Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang mengutamakan kepentingan rakyat kecil?
Pertanyaan selanjutnya, benarkah ia dipaksa oleh parpolnya, PDIP? Atau ada hal lain yang lebih besar yang membuatnya begitu? Lalu siapa Anda sebenarnya pak Jokowi? Kenapa Anda jadi begitu mengerikan?!


FIM itu WOW!



Sudahkah dikau tahu tentang FIM? Kalau ada yang belum tahu, nih aku kasi’ tahu dulu deh. Biar seragam pada tahu . Nah, FIM itu singkatan dari Forum Indonesia Muda. Dari kepanjangannya sudha bisa ditebak kan siapa yang berkecimpung dan ada apa aja dalam FIM? Sip sip, dari mananya sudah anggun, berbobot, keren, kece, dan asyik! Pun sama dengan isinya.
Ups, bentar-bentar! FIM itu adalah wadah pembentukan karakter generasi muda Indonesia raya tercinta ini. FIM itu adalah magnet yang mempertemukan para pemuda di seluruh bumi pertiwi. Dari sabang sampai merauke, para pemuda yang menyimpan sumber energy bagi Indonesia ini berkumpul, berbagi pikiran, pengalaman, menyatukan misi, mempererat persatuan dan kesatuan, memperkokoh barisan pejuang muda Indonesia.
Pemuda se-Indonesia ini memang tak ragu kukatakan istimewa, keren, dan kece abis. Kenapa karena FIM hanya menerima pemuda yang berkeinginan kuat untuk melakukan perubahan di negeri ini. Hanya untuk mereka yang bertekad menjadi penggerak perubahan. Hanya bagi mereka yang memiliki mimpi besar untuk bangsa ini. Hanya mereka yang punya kemauan untuk membuka dan memperbaiki diri. Hanya bagi mereka yang peduli akan masa depan diri dan bangsa ini.
Itu kenapa mereka menjadi begitu istimewa. Karena keinginan, kemauan, tekad, dan mimpi itulah yang akan dipoles membentuk pilar-pilar yang kuat dan indah dalam forum kepemudaan ini. Pilar-pilar karakter yang akan dibakar hingga karakter itu akan membahana ke permukaan.
Namun perlu ketahui, bahwa FIM bukan hanya tempat bagi pemuda yang memiliki jejeran prestasi dalam piagam. Bukan hanya tempat bagi pemuda yang memiliki jabatan penting dalam organisasi di kampus. FIM itu fokus pada karakter yang terlihat dari keinginanmu, kemauanmu, tekadmu, dan mimpimu.
Memang sih, banyak dari anggota FIM yang memiliki segudang prestasi dan jabatan penting. Namun, ada juga orang yang biasa-biasa saja tanpa prestasi yang tertulis. Contohnya saja aku. Kalau dikau menanyakan apa kehebatanku hingga aku pernah diterima dalam seleksi FIM 14 C? Jelas saja aku akan bingung total. Aku memang organisator, tapi satupun dari jabatan yang kupegang tak pernah berpredikat sebagai “ketua”. Masalah prestasi, aku malah kewalahan mau menulis apa di kolom prestasi. Satu-satunya prestasi yang kutulis dalam kolom prestasi pendaftaran FIM 14 adalah “Juara 1 lomba pidato di jurusan kimia”
Hahaha, kalau ingat itu, rasanya aku ingin ketawa ngakak. Bagaimana tidak? Kalau dikau tahu, sebenarnya saat lomba pidato di jurusan kimia itu, pesertanya hanya berasaln dari mahasiswa kimia FMIPA UNEJ. Parahnya, jumlah peserta dalam lomba itu hanyalah sebanyak 4 orang! Persaingan yang sangat mudah bukan? terlebih sebelum aku jadi mahasiswa, aku sudah bertahun-tahun belajar di pesantren, sering ikut lomba pidato lagi. Itupun tidak pernah jadi juara saat di pesantren.
Tapi kenapa aku masih dipilih? Keberuntungan? Tidak! Aku yakin sekali itu bukan keberuntungan! Namun terlebih karena aku memang sangat membutuhkan FIM. Bertemu dengan orang-orang hebat, agar aku bisa belajar nyata dan banyak dari mereka. Karena aku memang benar-benar ingin berkonstribusi bagi bangsa ini. Serius. Aku gak sedang ketawa lho (hehe ).
So buat kamu yang merasa tidak punya prestasi apapun seperti aku, jangan berkecil hati. FIM itu pintar kok menyeleksi orang. Bisa jadi karena orang itu memang butuh kayak aku. Atau bisa jadi karena orang itu perlu menularkan kehebatannya pada orang lain seperti teman-temanku yang hebat-hebat itu.

Okeh. Sekarang let’s go tentang apa saja yang dipelajari dalam FIM yang super istimewa itu? dan apa saja yang bisa kita peroleh? banyak. Iya banyak sekali. Yang dipelajari adujile euy euy. Maknyus. Mantap. Top markotop dah. Di FIM itu ya kita akan diajari tentang bagaimana membentuk karakter, tentang 7 pilar kepempimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin dan calon pemimpin seperti kita. Terus kita juga dapat motivasi, juga diberi materi parenting yang menarik sekali. Apalagi anggota FIM banyak yang masih belum menikah (suit suit suiiiiiit).
Itu materinya saja lho! Lain-lainnya? masih banyaaaaaak dan lebih menarik. Relasi, teman baru, pengalaman baru yang tiada duanya (ehem), inspirasi tokcer, motivasi, dan kolaborasiiiiiii.
Haduh sebenarnya sih kenyataanya jauh lebih menarik lagi. Hmm,, gimana ya? Tak cukup kalau hanya disampaikan dengan kata-kata (hadeh! Bilang saja sedang kehabisan kata-kata )
Yang paling penting itu, setelah ditraining berhari-hari, dan bertegur sapa, berdiskusi, berbagi ilmu, pengalaman, dan berbagi senyum dengan keluarga FIM, semangat untuk bergerak nyata itu mendobrak dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.
Kalau selama ini kuper, jadi mendadak gaul dengan adanya transfer kebaikan dan informasi dari teman yang lain. Kalau selama ini belum tahu, jadi mendadak pintar. Kalau selama ini tidak kreatif, jadi mendadak inisiatif dan inspiratif. Kalau selama ini sudah gaul, pintar, dan kreatif, tapi tetap belum bikin apa-apa untuk negeri, insyaAllah pasti jadi mendadak ngebet untuk segera aksi. Gak sabaaaaaaaaaaaar.. hayo bergerak!
Kenapa bisa begitu? Helloooooooo, kami tidak hanya diberi materi terus langsung disuruh pulang ke tempat masing-masing. Tapi kami masih berpegangan tangan satu sama lain. Saling mengutarakan, saling mendengarkan, saling memberi solusi, saling menguatkan. Kami berteman, kami bersahabat, dan kami bersaudara.

Hasilnya apa? Karya yang besar? kok bisa? Karena kami telah menyatukan kekuatan. Power Wuzh! Prok prok prok Whuzzzzzzzzzz! Hahaha, Kami berkolaborasi gitu lho! Dengan berkolaborasi, sesuatu  yang besar dan kelihatannya melebihi ukuran tangan kita, akan terasa pas Karena adanya tambahan luas wadah dari tangan-tangan teman kita.
Halah! Biasanya juga pas itu aja semangatnya? Setelah pulang ya sama aja sendiri lagi, seperti dahuluu tanpa diiiriiimuuu di siiiisiiiikuuu (haish, gaswat)! No no no no! insyaAllah itu tidak akan terjadi kecuali bagi mereka yang memang tidak punya keinginan untuk berkonstribusi.
Kenapa tidak akan terjadi begitu? Karena FIM itu kekeluargaannya solid bro en sis! Saking solidnya sampek tidak bisa dipisahkan (ihir ihir). Kekuatan silaturrahim di FIM itu tidak hanya berhenti di tempat pelatihan. Dikau akan merasakannya langsung saat ikutan kecimplung di FIM.
Saat dikau ikut FIM, mendadak teman fb-mu membludak, followers juga akan meningkat, no hape akan tersebar hingga ke sudut negeri, pesan di email juga akan bertambah. Apalagi di setiap wilayah tidak hanya ada dikau seorang, akan teman-teman satu regional. Nah, merekalah yang akan menjadi magnet untuk menarikmu ke pusat pergerakan. Dikau-pun tak akan kuasa untuk menolaknya! Terlalu haru biru untuk dihindari, terlalu amazing untuk ditolak!
Buka Fb, eih ada teman FIMers yang update status aksi nyata yang dilakukan. Buka twitter, eih FIMers pada bikin kultwit yang subhanallah sangat bermanfaat. Buka Fb lagi, eih lagi-lagi FIMers nongol dengan prestasi barunya. Buka twitter lagi, eih FIMers pada main mention sana mention sini ngomongin pendidikan bangsa sambil bercanda, bersilaturrahim. Terus FIM regional ngajak kita bikin aksi nyata, berkolaborasi. Yah, kalau beginian terus bisa-bisa kita terkena semangat akut tiap hari sodara sodaraaaa.
Bagaimana? FIM menarik, bukan?
Kalau dikau bertanya padaku komentar tentang FIM aku akan jawab FIM ITU WOW! Banyak hal hebat yang akan kita jumpai, hal hebat yang kebanyakan tak pernah kita pikirkan. Siap-siap hidupmu akan berubah! Berubah lebih keren dari sekedar power rangers.
Terakhir, mungkin kami bukan power rangers, juga bukan matahari yang begitu gagah menyinari seluruh negeri. Tapi kami hanyalah kumpulan kunang-kunang yang bersinergi memberi cahaya dalam kegelapan. Cahaya yang tidak akan terlihat jika hanya sendiri, namun begitu menjulang ke langit saat bersama. Tak perlu menunggu hebat dan besar untuk berkonstribusi. Kemarilah, kita satukan kekuatan, saudara Indonesia!
Ah, jadi ingin meneteskan air mata, eih sudah keluar ding air mataku (hiks hiks)
PEMUDA INDONESIA?
AKU UNTUK BANGSAKU!
FIM 14?
KOLABORASI KARYA UNTUK NEGERI!
POWER WUZH!
PROK PROK PROK WHUUUUUUUUUUUUUUUUUUZ!

Dan inilah dari Jembeeeeeeeer:




Jangan Salahkan Diri Terlalu Jauh Saat Nampak Sesuatu Tak Lagi Bersandingan


Bila Rajin belajar, kamu akan pintar
Bila Cantik, kamu akan segera dapat jodoh
Bila lulus kumlod, kamu akan sukses

Kenyataannya, kamu juga belum pintar. Belum juga sukses, belum juga bertemu jodoh saat yang lain sudah menikah bahkan sudah ada yang punya momongan.

Bila Cerdas, masalahmu akan segera selesai
Bila Rajin, penelitian akan segera selesai
Bila pintar, kamu akan segera lulus kuliah

Kenyataannya, kamu masih sibuk dengan masalah yang itu itu saja. Penelitian juga belum kelar. Apalagi lulus, masih saja berstatus mahasiswa.

Bila pintar, kamu dapat nilai IPK di atas 3.00
Bila hati-hati, kamu tidak akan kecelakaan
Bila sopan, kamu akan disukai banyak orang.

Kenyataannya, IPK-mu di bawah 2.75. kemaren masih memecahkan alat-alat kaca di laboratorium. Yang paling menyebalkan, masih aja kamu didholimi orang lain!

Kenapa? Tidak sesuai Teori Dunia?
Kamu sudah menabung tapi tetap tidak kaya?
Kamu sudah belajar, tapi tetap saja tidak pintar?

Lalu, kamu melakukan evaluasi diri. Mengoreksi keteledoran apa yang telah kamu lakukan. Kesalahan apa yang telah kamu lakukan. Mengoreksi sedemikian detail. Hingga kamu temukan lubang-lubang kecil yang menjatuhkanmu.

Kamu berkata “Berusaha lebih keras lagi! Semangat!”

Kemudian, kamu memperbaikinya. Lebih teliti, lebih rajin, lebih cantik. Tapi kenyataan pahit tetap juga tak beranjak darimu. Kali ini matamu berkaca-kaca. Tapi dengan rasa optimis yang masih tersisa, kamu hapus air matamu dan kembali melakukan eveluasi diri. Kembali mengoreksi kesalahan diri, kembali mencari lubang-lubang kecil itu. Kamu lakukan sekali lagi, lebih rajin, lebih dan lebih.

Kamu berkata “InsyaAllah, ini hanya masalah proses”

Waktu-pun telah banyak memakan proses yang kamu lakukan. Tapi, proses yang sama masih tak kunjung memberi cahaya. Detak-detak semangat di jantungmu mulai melambat. Kamu masih ingin meyakini prasangka positif. Tapi hatimu sudah menggila meneriakkan satu pertanyaan. “KENAPA?”

Akhirnya kamu berhenti sejenak, mendengarkan teriakan hatimu.
Kenapa belum selesai juga penelitianmu, bukankah kamu sudah rajin?
Kenapa belum lulus juga, bukankah kamu pintar?
Kenapa masih memecahkan alat-alat gelas di laboratorium, bukankah kamu sudah hati-hati?
Kenapa jodoh belum juga datang, bukankah kamu sudah memperbaiki akhlak?

Matamu tercengang, lalu mengiyakan kenyataan itu. Kamu menjadi sangat lelah, saking lelahnya kamu tak sanggup berpikir jernih. Lalu kamu membuat pertanyaan sendiri, membuat prasangka sendiri yang menyesakkan hatimu, menekan keras teriakan hatimu yang mungkin saja belum selesai. Kamu sudah tidak mendengarnya, kamu berbicara sendiri.

“Apakah aku belum rajin? Jangan-jangan aku melakukan kesalahan”
“Apakah aku bodoh? Aku belum lulus, jangan-jangan ini karma karena dulu aku mempertanyakan kelulusan senior yang lambat banget?”
“Apakah aku masih buruk? Aku belum juga bertemu jodoh, jangan-jangan aku memang masih nakal”
“Apakah aku jahat? Aku masih didholimi orang lain, jangan-jangan aku menyakiti hati orang lain tanpa sadar”
“Atau jangan-jangan aku masih bodoh, buruk, jahat…”

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi otakmu. Memakan sistem syarafmu. Akhirnya kamu mendongakkan kepala. “Aku masih salah”

Akibatnya, kamu kesakitan tiap hari, menekan diri sendiri, merutuk diri tanpa memberi ruang untuknya bernafas. Hatimu kesakitan menahan banyaknya prasangka buruk yang kamu tujukan pada dirimu sendiri. Hatimu kesakitan, hingga dia tak punya waktu untuk melihat cahaya di balik wajahmu. Kamupun merasa gelap dan gelap.

Apa yang kamu peroleh? Hanya rasa sakit yang kemudian berujung ketidakterimaan. Penuntutan yang terpendam. Akibatnya? Kamu terus sakit, dunia terasa sempit menghimpit dadamu, semua orang terasa menjauh darimu, kamu seperti berjalan sendiri di gurun berkerikil tanpa alas kaki. Kemurungan menghiasi wajahmu, redup, tanpa cahaya. Kamu tidak ikhlas. Sakit hatimu…

Kamu telah lupa, bahwa ada kehendak Allah di dunia ini. bahwa dunia ini berjalan dengan skenarioNYA, berjalan sesuai kehendakNYA

Kamu telah lupa, bahwa segala sesuatunya tidaklah pernah bersandingan. Bukan karena kamu rajin belajar hingga kamu jadi pintar. Bukan karena kamu lulus kumlod hingga kamu jadi sukses berat.  Bukan karena kamu sholehah hingga kamu segera menemukan jodohmu.

Bukan, bukan itu..

Yang benar adalah kamu pintar, kamu sukses, kamu menikah, itu semua karena kehendakNYA. bukan karena kamu giat belajar, bukan karena kamu memperbaiki akhlakmu.

Kenyataannya,

Ada orang yang tidak belajar tapi bisa menjawab soal-soal ujian di kelas dengan mudah.
Banyak orang yang IPK-nya rendah tapi sukses jadi pengusaha kaya.
Ada perempuan sholehah yang baru menikah di usia di atas rata-rata.

Kenapa? itulah kehendak Allah.

Segala sesuatu di dunia ini tak pernah bersandingan. Yang rajin belajar, tidak pernah besandingan dengan kepintaran. Hanya saja Allah seringkali membuatnya terlihat bersandingan. Kenapa? Agar kamu berusaha semaksimal mungkin, agar kamu berharap.
Selebihnya? Itu urusan Allah. Itu kehendak Allah.

Jangan berpikir bahwa segala sesuatunya memang bersandingan hingga membuatmu Frustasi saat usaha kerasmu tak bersandingan dengan keberhasilan. Karena dari awal hal itu memang tidak pernah bersandingan.

Saat penyakit seperti ini menyerangmu, saat ribuan usahamu tak berbuah manis seperti yang kamu harapkan, jangan lantas menyudutkan dirimu sendiri, jangan pernah lupa bahwa itulah kehendak Allah.

Lalu, apa yang bisa kamu lakukan? Pasrah kepadaNYA. Kembalikan padaNYA. Menikmati proses yang masih kamu jalani, terus lakukan perubahan kecil, terus evaluasi diri, Tapi jangan pernah menyakiti diri, jangan berprasangka buruk terhadap diri. Sabar, Ikhlas.

Apa cukup sampai di situ? Tentu saja tidak sayang, Allah itu tidak buta, Allah tidak pernah mendholimimu, Allah hanya memberikan ujian sesuai porsimu. 

Kalau kamu belum juga lulus, pintar-pintarlah mengambil hikmah yang ada.
Kalau kamu belum menikah, nikmati saja masa-masa lajangmu dengan memperbanyak ilmu.
Kalau kamu mau jujur, kalau kamu mau melihat, selalu ada sifat rahimnya Allah dalam setiap proses yang kita jalani.

Tidak ada yang sia-sia, ini hanya soal kamu bisa sabar atau tidak, ini hanya soal kamu ikhlas atau tidak? Tidak ada yang sia-sia, Allah mencatat kesabaranmu. Allah mencatat keikhlasanmu.

Sudahlah, jangan sakiti hatimu dengan berprasangka buruk pada hatimu. Menyalahkan diri tanpa henti..

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang:"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam di hati mereka.." (Ali Imraan : 156)

Kusertakan salah satu hadis nabi tentang ini, sebagai penghibur buat kamu yang sudah bekerja keras, yang sudah berusaha maksimal, yang air matamu sudah banyak tercucur dalam sujud kepadaNYA 

"Kalau engkau tertimpa musibah, janganlah engkau mengatakan: "Kalau tadi aku lakukan begini, tentu jadinya akan begini dan begini..". Tapi katakanlah: "Sudah takdir Allah, Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Karena kata "seandainya," itu membuka pintu amalan syetan (yakni akan membuka pintu kesedihan dan kekecewaan. Yang demikian itu hanya berbahaya dan tidak bermanfaat. Tapi ketahuilah, bahwa apa saja yang menimpamu tidak akan pernah meleset. Dan segala yang meleset tidak akan pernah menimpamu”

Kulampirkan juga perkataan dari salah satu guruku, bahwasannya tugas kita hanya berusaha, selebihnya itu urusan Allah.

Semoga bermanfaat.
No frustasi!