Hidup yang berhasil merupakan dambaan semua
orang. Kata berhasil memiliki arti yang cukup luas. Bahkan setiap orang
memiliki definisi masing – masing tentang berhasil. Lulus kumlod, berhasil.
Juara lari marathon tingkat kabupaten, berhasil. Jadi pengusaha kaya, berhasil.
Dapat beasiswa S2 ke luar negeri, berhasil. Lolos seleksi forum Indonesia,
berhasil. Bikin orang terkejut dengan kejutan yang kita buat, berhasil. Bikin
orang lain tertawa dengan lawakan kita, berhasil. Bikin orang iri setengah mati
dengan harta yang kita pamerkanpun juga disebut berhasil oleh orang tertentu.
Nah, yang akan kita bicarakan adalah sebutan berhasil bagi kebanyakan
masyarakat dan sebutan berhasil yang sebenarnya.
Sebelumnya, ide tulisan ini adalah murni dari
bapak saya. Okeh, let’s talk more about his amazing opinion.
“Nak, kalo di masyarakat umum, yang disebut berhasil itu adalah misal
begini, ada orang merantau ke Malaysia, beberapa tahun pulang kampung, trus dia
beli sepeda motor, membangun rumah, atau apapunlah yang Nampak, maka orang
–orang akan berkata “wuah, dia berhasil!, liat dia sudah bisa beli sepeda
motor, bahkan bisa membangun rumah”. Sedangkan misal di perantau tadi pulang kampung
tidak membawa uang banyak sehingga tidak membeli sepeda motor, namun dia pulang
dengan membawa perbaikan pada dirinya seperti sholatnya semakin bagus,
akhlaknya semakin baik, tambah berbakti kepada kedua orang tua, maka itu tidak
akan dilihat, dan masyarakat akan berkata “dia tidak berhasil, beli sepeda aja
gak bisa”. Padahal sebutan berhasil yang sebenarnya adalah sebutan berhasil di
mata Allah. Bagaimana yang disebut berhasil menurut Allah? Ya itu tadi, yang
mengalami perbaikan diri, keimanan semakin meningkat, sholat semakin khusyu’,
semakin takdim sama orang tua, akhlaknya semakin cantik, bukan karena bisa beli
harta dunia seperti sepeda motor tadi. Sekarang dengan ilmu yang kamu miliki,
bagaimana sikapmu menanggapi hal tersebut? Hanya setau bapak, pandangan Allah
lah yang utama, kalau dapat dua-duanya ya Alhamdulillah. Kalau harus memilih,
pilihlah pandangan Allah. Jadilah orang yang tegar, jangan terlalu lembek
dengan komentar orang. Tapi bapak do’akan semoga kamu berhasil baik di mata
Allah maupun di mata masyarakat”
See? Begitulah bapakku, beliau selalu menceritakan
kehidupan di masyarakat. Tujuannya, agar aku menjadi orang yang tegar dalam
hidup dan sadar sesadar-sadarnya tentang pentingnya ilmu, terlebih ilmu agama.
Ada beberapa hal yang dapat kuambil dari
penuturan bapak di atas.
1. Nomorsatukan Allah
2. Tidak berlebihan
dalam hubbud dunya (cinta dunia), sederhanalah
3. Tegar dalam hidup,
terutama ketika menghadapi pandangan sinis orang lain (selama kita berada di
jalan Allah), jangan hiraukan!
4. Dekati kebahagian
yang hakiki, jangan tertipu dengan tawaran dan pandangan dunia
5. Netral, kejar
akhirat namun jangan tinggalkan dunia. Karena hidup di duniapun merupakan
anugerah dari Allah.
6. Bersyukurlah.
So, bagaimana menurutmu teman? Semoga
bermanfaat! Kalau untukku, ini telah menjadi bekal yang cukup besar untuk
memasuki dunia “masyarakat”.