Archive

Archive for Juni 2013

Sebutan berhasil



Hidup yang berhasil merupakan dambaan semua orang. Kata berhasil memiliki arti yang cukup luas. Bahkan setiap orang memiliki definisi masing – masing tentang berhasil. Lulus kumlod, berhasil. Juara lari marathon tingkat kabupaten, berhasil. Jadi pengusaha kaya, berhasil. Dapat beasiswa S2 ke luar negeri, berhasil. Lolos seleksi forum Indonesia, berhasil. Bikin orang terkejut dengan kejutan yang kita buat, berhasil. Bikin orang lain tertawa dengan lawakan kita, berhasil. Bikin orang iri setengah mati dengan harta yang kita pamerkanpun juga disebut berhasil oleh orang tertentu. Nah, yang akan kita bicarakan adalah sebutan berhasil bagi kebanyakan masyarakat dan sebutan berhasil yang sebenarnya.
Sebelumnya, ide tulisan ini adalah murni dari bapak saya. Okeh, let’s talk more about his amazing opinion.
“Nak, kalo di masyarakat umum, yang disebut berhasil itu adalah misal begini, ada orang merantau ke Malaysia, beberapa tahun pulang kampung, trus dia beli sepeda motor, membangun rumah, atau apapunlah yang Nampak, maka orang –orang akan berkata “wuah, dia berhasil!, liat dia sudah bisa beli sepeda motor, bahkan bisa membangun rumah”. Sedangkan misal di perantau tadi pulang kampung tidak membawa uang banyak sehingga tidak membeli sepeda motor, namun dia pulang dengan membawa perbaikan pada dirinya seperti sholatnya semakin bagus, akhlaknya semakin baik, tambah berbakti kepada kedua orang tua, maka itu tidak akan dilihat, dan masyarakat akan berkata “dia tidak berhasil, beli sepeda aja gak bisa”. Padahal sebutan berhasil yang sebenarnya adalah sebutan berhasil di mata Allah. Bagaimana yang disebut berhasil menurut Allah? Ya itu tadi, yang mengalami perbaikan diri, keimanan semakin meningkat, sholat semakin khusyu’, semakin takdim sama orang tua, akhlaknya semakin cantik, bukan karena bisa beli harta dunia seperti sepeda motor tadi. Sekarang dengan ilmu yang kamu miliki, bagaimana sikapmu menanggapi hal tersebut? Hanya setau bapak, pandangan Allah lah yang utama, kalau dapat dua-duanya ya Alhamdulillah. Kalau harus memilih, pilihlah pandangan Allah. Jadilah orang yang tegar, jangan terlalu lembek dengan komentar orang. Tapi bapak do’akan semoga kamu berhasil baik di mata Allah maupun di mata masyarakat”
See? Begitulah bapakku, beliau selalu menceritakan kehidupan di masyarakat. Tujuannya, agar aku menjadi orang yang tegar dalam hidup dan sadar sesadar-sadarnya tentang pentingnya ilmu, terlebih ilmu agama.
Ada beberapa hal yang dapat kuambil dari penuturan bapak di atas.
1.  Nomorsatukan Allah
2.  Tidak berlebihan dalam hubbud dunya (cinta dunia), sederhanalah
3.  Tegar dalam hidup, terutama ketika menghadapi pandangan sinis orang lain (selama kita berada di jalan Allah), jangan hiraukan!
4.  Dekati kebahagian yang hakiki, jangan tertipu dengan tawaran dan pandangan dunia
5.  Netral, kejar akhirat namun jangan tinggalkan dunia. Karena hidup di duniapun merupakan anugerah dari Allah.
6.  Bersyukurlah.

So, bagaimana menurutmu teman? Semoga bermanfaat! Kalau untukku, ini telah menjadi bekal yang cukup besar untuk memasuki dunia “masyarakat”.

Malas: tak perlu dihilangkan

Masalah umum yang sering hinggap sebagai penyakit di hati manusia adalah malas, iri, hasud, dengki, sombong, Riya’, dan sum’ah yang semuanya berujung pada satu akar “hubbud dunnya”. Sifat malas telah menjadi keluhan banyak orang, mengingat sifat malas menjadi salah satu aspek utama dalam  mengikis target yang ingin atau seharusnya mereka capai. Secara jelas pada diri, sifat malas telah menoreh penyesalan yang cukup besar.
Sebagaimana yang pernah saya uraikan dalam tulisan sebelumnya tentang harga yang harus dibayar untuk sebuah kemalasan, akibat yang akan kita peroleh dari kemalasan sangat besar mudhorotnya. Mungkin beberapa orang juga sudah menyadari tentang harta karun yang dirampas oleh sifat malas. Sehingga tak mengherankan, jika banyak orang mencari – cari cara agar bisa menghilangkan sifat malasnya. Bahkan beberapa orang mungkin sudah ikut berkali-kali acara motivasi untuk mengusir malas.
Pada dasarnya, sifat malas adalah hal yang cukup wajar. Jadi begini, sewaktu – waktu kita juga membutuhkan sifat malas ini untuk menghindari diri dari kesalahan misal malas cari perkara, malas mau adu mulut, malas meladeni pembicaraan yang tak penting, malas ngusilin orang dan lain – lain. Ini artinya kita tak perlu susah – susah membuang sifat malas yang ada dalam diri kita. Hanya saja yang kita perlukan adalah mengelola kekurangan ini (malas) menjadi fungsi yang pas pada waktu yang pas.
Kalau kita bertanya bagaimana cara agar tidak malas mengerjakan hal – hal yang baik seperti belajar, ngaji, sholat, bersih-bersih rumah? Maka menurut ustad Ridwan Kharis, jawabannya hanya satu yaitu “jangan malas!”. Sekilas tips ini terlihat seperti gurauan, namun sebenarnya inilah tips yang paling tepat untuk mengelola malas. Malas tidak perlu diusir, dia hanya perlu disembunyikan pada saat – saat tertentu. Saat kau akan belajar, sembunyikan malasmu, lupakanlah dulu, belajarlah! Lain kali,pada hal – hal yang negatif, panggillah rasa malasmu kembali untuk malas melakukan hal-hal negatif tersebut. Lakukan berkali – kali hingga itu akan menjadi kebiasaan yang otomatis.
Jadi 2 hal untukmu, lupakan malas! Dan panggil malas!
Eih, gak nyambung ya? Hehe,, kudo’akan aja deh semoga ini bermanfaat untukmu!
;)