Archive

Archive for Oktober 2012

Saat perempuan tak lebih berharga dari sepotong kue



            Ah, terkejut? Menurutmu ini kue “sesuatu”? Tidak tidak, aku menulisnya tanpa tanda kutip, ini murni KUE! tidak punya arti lain. Kue kelompok makanan. Oke? Sudah yakin kalau aku memang sedang akan membicarakan kue dan perempuan? Kue yang sering kau beli di kantin kampus itu lho! Ah ada yang bisa sebutin satu – satu nama kue? Ckckckkc,, okelah biar lebih meyakinkan kalau ini memang kue makanan. Lemper! Nogosari! Bhikang! Kuiku! Onde – onde! Tart! Lapis! Donat! Dodol! De el el.
            Kawand, coba kita perhatikan para kue yang semakin hari semakin berkembang dengan baik. Ada kemajuan yang cukup signifikan secara kualitatif. Apakah itu? Yup, liat si bhikang masa lalu, selalu dihidangkan tanpa busana, begitu juga dengan onde – onde, donat, lapis, dsb. Tapi sekarang hampir semuanya sudah mulai dihidangkan dengan busana. Bhikang yang dibungkus dengan plastik plus wadah mirip cangkang, onde – onde sudah mulai dikasi’ “rok”, dan kebanyakan yang lain juga sudah dibungkus dengan plastik. Kemajuan yang cukup hebat!
            Hal ini seakan – akan menunjukkan kemajuan pemikiran manusia yang semakin baik, para kue mulai ditutupi untuk dijauhkan dari polutan – polutan yang berbahaya, sehingga aman untuk dikonsumsi, kepercayaan pada kualitas kue semakin besar. Harga dirinyapun sudah mulai meningkat yang awalnya seharga 500, karena dikasi’ busana menjadi 1000. Akupun berani taruhan kau akan lebih memilih kue lapis lengkap dengan bungkusnya dibandingkan dengan tanpa bungkus, terlebih kalau keduanya sama – sama berada di tempat yang banyak lalatnya. Hiiiii serem.
            Dengan demikian bolehlah aku berpendapat bahwa kue sudah mulai lebih dihargai dan diperlakukan dengan lebih baik. Nah, sekarang kita alihkan pandangan kita pada perempuan. Lihatlah perempuan masa lampau korea di masa joeson, busananya begitu tertutup dan berlapis – lapis. Lihatlah perempuan desa masa lalu, bisa membedakan mana baju dalam dan baju luar. Merasa teramat malu kalau bajunya sedikit terbuka, paling vulgar ya baju kaos lengan pendek, nah sekarang? Ntah karena efek global warming atau syeitan yang semakin licik sebagian mereka sudah berani memakai baju U can see (notice: DI  DESA!). Baju dalam mulai dijadikan baju luar.
            Let’s Think!
            Kue mengalami perkembangan yang cukup baik dalam hal busana untuk keamanan diri (jelas ini ide manusia, tau tuh kita kalau ditutup ke-steril-annya akan lebih terjamin). Sebaliknya perempuan mengalami penurunan yang sangat derastis! Dengan mencopot pakaiannya sedikit demi sedikit (lalu menurutmu, mungkin nggak ke-steril-annya akan terjamin? Menurutku sih akan berkurang, tiap hari kulit putihnya dilihat laki – laki asing sih, sepakat?)
            Let’s Listen
            Ibu – ibu para pembuat kue dalam acara pernikahan di desa berceletuk “abbeh,, klambhinah buruh ka jhejhen, jhejhenah eklambhi’ih, orengah abengkang!” yang dalam bahasa Indonesia menjadi “wuah, bajunya sekarang lari ke kue, kuenya dibajuin, orangnya telanjang!”
            Celetukan yang cukup berbobot bukan? dengan adanya celetukan itu, salah nggak kalau aku bilang “perempuan sudah mulai lebih menghargai KUE dibandingkan DIRInya SENDIRI”? atau begini “kue sudah mulai lebih dihargai daripada PEREMPUAN”
Hmmmm, silahkan beropini sendiri – sendiri.

NB: Saudariku, kaum perempuan yang aku sangat sayangi. Kau merasa tulisan ini menyinggung dan menghinakanmu? Aku minta maaf, jujur ini tak hanya untukmu yang berbaju pendek dan ketat, ini juga untukku yang juga masih belum sempurna dalam menghargai diri. Aku yang menulis ini belum tentu lebih baik dari engkau yang tak berkerudung di akhir kehidupan kita nanti (namun berkerudung hukumnya tetap wajib lho), jadi mari bersama – sama membenahi diri hingga menjadi perempuan yang berharga 100% hingga tak ada yang lebih berharga lagi dari kita apalagi hanya untuk sepotong kue.
Salam sayang selalu!
@ Kamar A1 with mbak Habib dan Istiadah

potret manusia "bekerja dengan jobdis merugikan orang lain"


Hai sohib sohibah semuanya! semoga selalu dalam keadaan baik. aamiin
kali ini sekali lagi aku akan menceritakan cerita yang terlihat setelah mendengar pesan dari bapakku

"jadilah orang yang berguna bagi orang lain, jangan malah merugikan orang lain untuk kepentingan diri sendiri. karena banyak saat ini orang yang kaya dengan menjadi parasit bagi orang lain! jadi kalau nggak merugikan orang lain nggak bisa kaya (versi aku: nggak kaya kalau belum merugikan orang lain)! hadeh jamaaaan jaman!"

Think, think, think, what??

Jadi begini ne maksudnya kawan,, silahkan kaya, silahkan punya jabatan, tapi jangan dengan cara merugikan orang lain semisal KORUPSI! manusia jaman sekarang menurut bapakku sangat tamak! ngaku - ngaku jadi pengikut nabi muhammad nyatanya pengikut nabi "Qorun" (emang ada?yak!hahahha) misalnya ne pas bulan ramadhan rela nggak berpuasa demi nyari uang dengan alasan bahwa nafkah juga ibadah dan hukumnya wajib! bah! emang dipikir Allah itu punya kemampuan terbatas ape ye? Astaghfirullah,, lho lho kok malah ke sini sih? okeh okeh let's back to the first!

So, manusia.. MENYEDIHKAN! entah apa yang ada di benak manusia. entah ada apa dengan mata manusia, ntah ada gangguan apa dalam hati manusia sehingga manusia menjadi buta, lemah, dan tak lagi manusiawi. dalam alqur'an disuruh hormat sama ortu eih malah membentak, disuruh sholat malah ogah, disuruh shodaqoh malah merampas, disuruh berlomba - lomba dalam kebaikan eih malah berlomba - lomba dalam keburukan!

Teman, coba perhatikan orang - orang disekitar kita, tiap hari berusaha memulihkan keadaan keuangannya, mau melakukan sesuatu kalau ada bonus uangnya. tak ada waktu yang geratis darinya. coba perhatikan para perawat di rumah sakit umum, tingkat keramahannya berkurang coba perhatikan jika merawat pasien di kamar kelompok orang miskin. coba perhatikan para pejabat disekitar kita cukup tingkat desa saja, mau minta tolong didaftarin pada kelompok penerima bantuan dari pemerintah masih dipungut biaya, nah coba pikir deh mereka daftar karena mereka nggak punya uang, kalau masih dipungut juga gimana cara mereka daftar lha wong uangnya nggak ada? akibatnya yang bantuan dari pemerintah hanya diperoleh oleh kelompok yang tingkat ekonominya lebih tinggi. malah jadi aneh bukan?

Ini salah satu ilustrasi yang menggambarkan orang mendapatkan uang dengan cara merugikan orang lain. si pejabat desa jadi dapet uang tambahan dengan memungut biaya dari masyarakat yang daftar sebagai penerima bantuan. jelas masyarakat sangat dirugikan. para pejabat tingkat tinggi menjadi semakin kaya dengan korupsi, selalu merasa kurang hingga melakukan korupsi sebesar - sebesarnya dan berpikir bahwa dia akan cepat kaya kalau korupsi. jelas korupsi merugikan rakyat dan negara. jadi teman - teman seperti inilah yang saya maksud nggak kaya kalau belum merugikan orang lain.

Nah sekarang gimana menurutmu? sepakat denganku dan bapak? ah tidak memungkiri aku dan bapakku juga manusia, malah kami sangat bersyukur diciptakan sebagai manusia. kami juga punya sifat tamak. tapi sebagaimana kalian kami juga sedang berusaha untuk belajar memperbaiki diri dengan mempelajari peristiwa - peristiwa dalam kehidupan.

Terakhir, semoga kita tidak kalah dengan sifat tamak kita! yukz bareng - bareng memperbaiki diri!
good luck!

Berguru dalam Bis



Ini perjalanan, perjalanan menuju rumah pada hari jum’at tanggal 19 oktober 2012.
Ada yang beda dalam perjalananku kali ini saat transit bis di probolinggo. Dua petugas bis yang kutumpangi kali ini cukup bikin hati meringis dan kebetulan kali ini tak seperti biasa aku duduk di deretan kursi paling depan. Pak supir dengan postur tubuh yang agak gempal dan tesktur wajah yang tidak bersahabat dan pak kernet yang sama gempalnya dan bergaya preman! Ditambah lagi pertanyaan dari bapak penjual makanan dalam bis yang tangannya cacat buat pak supir “katanya mau beristri dua? Gimana responnya?” deg! Sudah kelihatan dari tampangnya batinku. Kemudian si supir menjawab dengan menirukan gaya istrinya saat merespon “jieh mandhih” (dia manjur guna – gunanya). Lalu keduanya ketawa berbarengan.
Setelah itu pak penjual tadi bercerita dengan nada bangga pada pak supir “kemaren aku dipukul orang, langsung aku bilang ke temanku (preman), trus besoknya dia nungguin orang yang mukulin aku tapi nggak datang lalu bilang gini padaku “lek, mana orang yang mukulin kamu? Kalau ada langsung sms aku lagi ya?! Biar kapok! Seenaknya aja mukulin orang!”
Aku menunggu respon dari pak supir mengira – ngira apa apa yang akan dia katakan. Di luar dugaan! Bukannya mendukung tindakan pak penjual malah dia memberi tausiah dalam bahasa Madura dengan sangat pelan! Subhanallah, kebetulan aku duduknya di deretan paling depan, yang awalnya nyesel karena takut eih malah jadi bersyukur beud. Mau tahu apa yang dikatakan pak supir? Okeh cekidot!
“empiyan kothuh obeh sifattah, che’ enga’ nikah pole. Mun epokol oreng che’ mamathulen. Saber, mun mathuleh mathul ka Allah, che’ mathul ka oreng. Mun mathul ka oreng jen nambe masalah tapeh mun mathul ka Pangeran khi enten. Epokol saber, epokol pole saber, epokol pole thikkel tetep pasabbar, mathul ka Allah. pokolnah Allah tak kirah bisa abayangakhih ten.”
Yang artinya “sampeyan harus ubah sifat samean. Jangan kayak gitu lagi, kalau dipukul orang jangan suka ngadu. Sabar, kalau mau ngadu ya ngadu sama Allah, jangan ke orang. Kalau ngadu ke orang malah nambah masalah. Dipukul sabar, dipukul lagi sabar, dipukul lagi ya tetep sabar.. ngadu saja ke Allah, kalau sudah Allah yang mukul, pukulannya tidak dapat kita bayangkan”.
            100% tercengang dengerin nasehatnya terutama saat mendengar tentang “pukulan Allah”. Dalam hati aku berkata “terimakasih pak sopir, guru baruku”. Jadi inget sama diri sendiri yang sering tidak terima kalau disakiti ntah karena emang salahku atau emang salah orang lain. Diri sendiri yang suka tidak terima kalau orang yang menyakitiku tidak ikut merasakan rasa sakit yang kurasa (dendam), merasa rugi kalau bersabar terus - terusan, merasa bodoh kalau diam saja, seakan – akan lupa bahwa Allah maha mengetahui, bahwa Allah maha melihat, bahwa Allah maha adil, bahwa Allah maha serius atas setiap rasa sakit di hati kita, seakan – akan kebaikan kita karena bersabar tak ada hitungannya. Padahal Allah bisa saja membalasnya dengan lebih kejam kalau Dia berkendak. Padahal Allah tak pernah sedikitpun mengabaikan kebaikan kita. Semua Allah hitung (baca surat Alzalzalah). Allah tak pernah sedikitpun cuek dengan semua rasa dalam hati kita.
Dendam malah hanya akan semakin menambah rasa sakit di hati dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan jasmani dan pikiran (my own opinion). Satu hal yang kutekankan dalam pelajaran ini bahwa orang yang sabar atas sakit hatinya karena didzolimi orang lain TAK AKAN PERNAH RUGI! itu malah menjadi kesempatan emas buat kita untuk memperoleh simpati dari Allah!
NB: Ah, jadi begitulah kira – kira yang kudapatkan dari perjalanan pulkam kali ini, bukan maksud menggurui siapapun, ini murni untuk mengkritik diri sendiri. Tapi bagaimanapun aku harap ini akan bermanfaat buat aku, kau, dan kita semua!
---------salam ukhuwah.

saat cebok ikut bercerita...



Cebok, yang telah menjadi barang berharga di pondok, menceritakan karakter manusia yang cukup samar untuk dilihat. Menceritakan bahwa manusia emang pelit, bahwa manusia emang lebih suka menerima daripada memberi, merasa lebih untung dengan menerima, bahwa manusia begitu lemah dengan kepentingan diri sendiri, bahwa teman adalah saat suka saja, dan tidak peduli saat bersedih.
Sudah bisa baca maksudku? Okelah aku ceritakan.. ceritanya neh, si cebok lagi naik daun di pondokku. Menjadi barang yang sangat berharga. Awalnya cebok akan diletakkan di satu tempat dengan wadah peralatan mandi lainnya yaitu rak di depan kamar. Ntu rak menjadi tempat persatuan peralatan mandi regional (se-kompleks pondok). Akibat hanya sedikit orang yang punya cebok, dia menjadi barang langka yang super langka. Awalnya masih tidak menjadi masalah, namun setelah bergulirnya waktu, keikhlasan di hati para pemilikpun juga mulai bergulir (eih, bergulir apaan ya? Maksudku sih runtuh gitu, hehe) mengingat si peminjam baik yang izin maupun tidak jarang sekali mengembalikan ke tempat semula sehingga mengakibatkan si pemilik kebingungan mencari dan kesulitan melaksanakan hajatnya (whudu’, mandi, buang air kecil maupun besar, cuci muka, dll). Kejadian yang selalu berulang ini membuat si pemilik memutuskan  untuk menyimpannya di kamar saja, dekat pintu. Nah keputusan ini cukup berhasil, karena yang bisa minjem hanya teman kamarnya saja, dan mereka pasti akan meletakkannya kembali ke kamar. Namun, ini tidak berjalan lama, para peminjam mulai berani mencari di kamar – kamar untuk meminjam, karena kejadian di atas berulang yang membuat di pemilik marah, akhirnya yang semula diletakkan di dekat pintu kamar kini diletakkan pas dekat lemari. Parahnya para pemilik juga akan berani berbohong dengan mengatakan bahwa ceboknya akan dipake’ atau si pemimjam yang ghosab cebok temannya kemudian disimpan di kamarnya sendiri. uuufhttt
Nah, sudah ada gambaran kan apa yang terlihat dari fenomena ini? Sangat jelas menceritakan sifat manusia
1.        Pelit baik pada orang lain maupun pada diri sendiri. Pelit pada diri sendiri terlihat dari para peminjam yang tidak berusaha untuk membeli padahal harga cebok Cuma 4000 lho, sedangkan pelit pada orang lain seperti yang dilakukan para pemilik yang menyimpannya di dekat lemari bajunya, padahal Cuma sekedar cebok lho,,, kalau dibandingkan kebutuhan temannya yang mungkin sedang sangat kebelet beol atau mau whudu’ buat sholat fardhu yang waktunya tinggal beberapa menit.
2.       Lebih suka menerima daripada memberi, yang punya cebok jauh lebih sedikit daripada yang tidak punya cebok, ini seakan – akan menggambarkan bahwa sebagian besar orang masih berpikir bahwa akan lebih menguntungkan dengan menerima ketimbang memberi, lebih suka meminjam ketimbang berusaha untuk meminjamkan.
3.    Pamrih, berteman saat suka saja, namun ketika temannya sedang dalam kesusahan, kita mulai tidak peduli yang penting kebutuhan kita terpenuhi dan masalah orang lain bukan masalah kita, kesulitan orang lain bukan kesulitan kita. Gak peduli seberapa butuhnya teman kita akan cebok, yang penting ceboknya tidak dighosab dan aman. Seakan – akan menggambarkan susunan kata “teman haruslah memberi manfaat, kalau tidak berarti bukan teman”
4.       Berbohong
5.       Suka mengambil yang bukan hak diri
6.  Keselamatan harta pribadi lebih penting dari sekedar menolong orang. Bukankah sangat kejam saat kita kebelet “pup” perut cenat cenut, trus dengan harapan besar mendapatkan pinjaman cebok, eih pas nyampek pintu kamar si pemilik dengan entengnya bilang “mau tak pake’ (pdhl nggak), atau diem kayak nggak denger, menunggu teman sekamar bilang tdk punya (kan yang lain emg nggak punya, jadi si pemilik merasa tdk berbohong)

Saat Cebok bercerita.. begitulah menurutku. Begitulah yang aku lihat. Apa menurutmu ini tidak nyambung? Atau menurutmu aku berlebihan? Okelah aku sepakat denganmu, bagaimana kalau kita anggap ini Cuma sekedar “deduksi?” tulisan yang cukup ngawur. But, overall I hope this will be useful for you, for me, all of us..

NB: aku rasa semua benda/peristiwa/apalah juga dapat bercerita selama kita mau memperhatikan jadi bukan hanya cebok yang dapat bercerita. selamat melihat cerita2 dari benda2 terdekatmu!
;)